HOME SWEET HOME Bandara International Hasanunddin…
Pertamakali menginjakkan kaki di kota ini kembali membuat gue seperti limbung, antara terbang dan mengambang. setengah hati gue masih tertinggal di Jakarta, semperempatnya di awan, dan selebihnya ditanah yang gw pijak ini. Gue sendiri ragu, apa mungkin gue bisa nyaman sementara pikiran gue melayang kemana – mana.
Fadly sibuk ngambilin barang – barang gue, sementara gue juga sibuk mandangin tumpukan orang di pintu kedatangan. “ini Makassar kan??” masih belom percaya gue disni.
Meskipun masih dibawah atap bandara, panas yang menyengat sudah sangat terasa. Kenapa yah gue terlalu menyudutkan kota ini, padahal kan Jakarta lebih parah dari ini.
Bentangan luas awan putih di langit menjadi pengalih perhatian gue yang tadinya masih setengah hati melangkahkan kaki, dan perlahan – lahan gue juga memaksa kepala gue untuk mendarat di tempat ini.
Banyak hal yang masih belum bisa gue lupakan disini, tentang kesakitan gue dan beberapa hal yang membuat gue mati rasa. Semua tentang cinta… itu sebenarnya yang membuat gue enggan memijakkan kaki disini, bukan karena Jakarta lebih bagus, tapi hati gue yang masih rapuh untuk mengingat semuanya.
“siapa yang jemput kita??”. Gue berusaha menyemangati diri, meskipun tenaga gue sudah hampir habis.
“kita naik taxi aja, mama dan papa kamu nggak sempat ngejemput”
“tega”. Pikir gue, gimana mana mungkin nyokap yang nyuruh gw pulang tapi nggak ada niatan jemput gue dibandara. Masa gue harus terlunta – lunta sama fadly, kenapa juga gue musti naik taxi lagi.
“nggak ada pilihan lain kan??”. Fadly ada benernya juga, tapi kok dia bisa baca pikiran gue yah??
Gue gak tau nih, apakah karena mataharinya Makassar ada 2 atau emang gue yang gak pernah nyadar kalau Jakarta juga pernah lebih panas dari ini?? Gerah banget, rasanya pengen nyemplung di laut.
“pinjam hape kamu dong ly”.. “ly” itu panggilan kecil gue buat fadly, cuman dia temen gue satu – satunya waktu gue masih SD.
“halo ri..”
“keyla??? Lo dimana?? Gimana kabar lo?? Lo lagi ngapain sih?? Kangeennnn”
“baru juga sehari, ni masih dijalan otw ke rumah bareng fadly. Suntuk gue nyut.. help me..”
“Udah nikmatin aja, btw ni nomer baru lo yah??”
“bukan, ni nomernya fadly”
“OMG..!!! dia lagi ngapain sekarang??”
“dasar kunyuk, bukannya baek -baek ngobrol sama gue malah nanya soal fadly. Gue cuman mo Menuhin janji gue aja”
“iye sorry, tenkyu yah..”
“udah dulu kalau gitu, ntar gue telpon lagi. Hp gue lowbatt. Bye nyutt…”
“bye..”
Masih dalam taxi bareng fadly, gue coba meratiin semua hal yang ada di bagian kiri & kanan jalan tol yang gw lewati. Sembari menikmati lagu raisa – serba salah yang lagi terputar di radio venus. Pilihan yang tepat menurut gue, gue yakin selera musik sopir ini juga lumayan lah. Biasanya kan orang sini kalau bukan doyan dengerin radio yang muter lagu dangdut, paling banter juga melayu. Setidaknya gue mulai bisa enjoy dengan perjalanan singkat dari bandara ke rumah gue.
sudah lupakan segala cerita antara kita….
ku tak ingin, ku tak ingin, ku tak ingin kau terluka karna cinta
bukan karna rasa itu tlah sirna, maafkanlah….
ku hanya tak ingin, ku tak ingin, ku tak ingin ku terluka karna cinta
“nih hp kamu”. Tumben si fadly banyak diem. Mungkin kecapean kali yah, seharian inikan hidupnya dihabiskan dilangit. Nyokap emang paling bisa kalau urusan nyiksa sepupu gue ini.
45 menit dalam perjalanan, akhirnya nyampe juga dirumah. Fadly masih terlelap karena kecapean.
“ly… fadly…. Kita udah nyampe”
“ohh.. iya.. sorry.. tadi aku ketiduran yah”
“Iya”. Kok malah canggung – canggungan gini sih?
Gue mencoba bantuin fadly menurunkan semua barang bawaan gue dari bagasi taxi, wanita separuh baya dengan berbalut pakaian warna merah maroon datang menghampiri gue.
“keyla…”
Wanita itu adalah nyokap gue, dengan penuh kerinduan kepeluk tubuhnya erat. “keyla kangen mom”
“mama juga kangen sama kamu”
”tante, saya langsung pulang aja. Ntar baru saya kesini lagi”
“iya, makasih yah nak kamu udah bantuin tante untuk jemputin keyla”
“iya tante.. saya balik dulu tante”
Dengan menumpangi taxi yang kami pakai dari bandara, fadly bergegas menuju kerumahnya. Dari wajahnya terlihat sangat kelelahan.
Saya dan mama pun masuk kedalam rumah, sementara barang – barang gue diangkat mas daeng. Pembantu dirumah, asalnya dari jawa tapi memutuskan untuk menjadi warga Makassar juga.
“kabar mama gimana??”
“mama baik – baik saja”
“trus papa mana mom??”
“papa kamu lagi dikantor, sebentar lagi juga pulang”
Sesi melepas kangen sama mama berlangsung hamper sejam-an, ternyata keakraban kami selama ini nggak ada yang berubah. Mama juga masih seperti dulu, selalu antusias membicarakan tentang perkembangan keluarga besar kami. Termasuk soal fadly.
“mom, saya kekamar dulu yah.. mau mandi, gerah..”
“ya udah, mama juga mau siapin makan malam”
Senengnya bisa merasakan suasana rumah dan suasana kamar gue yang selalu membuat gue adem. Serasa berada di tempat paling ternyaman didunia, pantai karibia??? Lewat…!!!!.
Berlama – lama di bathub dan mendengarkan lagu adele membuat gue semakin rileks.
when the rain is blowing in your face
and the whole world is on your case
I could offer you a warm embrace
To make you feel my love…
---------------
“akhirnya anak papah yang cantik ini pulang juga kerumah, papa nggak mimpi kan??”. Baru kali ini bokap terlihat begitu girang, mungkin beliau memang sangat merindukan gue. Secara hamper 2 tahunan gue gak pulang kerumah, kalau ketemu dijakarta juga paling banter cuman 1-2 hari doang.
“papa sayang, keyla akan stay dirumah menemani papa dan mom. Saya nggak akan kemana – mana lagi kok”
“gitu dong, itu baru anak papa..”
“udah selese acara reuniannya??? Mending kita semua ke meja makan sekarang makan malam, papa pasti sudah laper”
“keyla juga kali mom”
“yukk.. kita makan malam”. nyokap ngajak gue dan bokap untuk menikmati hidangan makan malam, yang memang sangat menggugah selera.
Seperti biasa, moment makan malam selalu menjadi tempat dimana gue, nyokap, bokap dan Rafael untuk saling berbagi cerita. Btw Rafael itu adek gw yang paling bontot, yang saat ini lagi menjalani tugas KKN kampusnya.
“rafa masih KKN mom??”. Rendang masakan nyokap bener – bener bikin gue gak bisa berhenti untuk ngunyah.
“bulan depan udah selesai kok”
“emang KKN-nya berapa lama??”
“kalau gak salah sekitar 4 bulanan, iya kan pah??”. Nyokap kembali menyodorkan piring oval yang berisi udang bakar.
“iya”. Bokap juga asik menikmati rendang yang merupakan masakan favorit nyokap.
“kamu sendiri rencananya bagaimana key??”
“yaaa.. paling nyari kerja pah”
“dari pada kamu cari kerja di perusahaan lain, bagaiaman kalau kamu gabung diperusahaan papa??”
“bukannya keyla nggak mau pah, tapi keyla pengen mandiri. Setidaknya nyari pengalaman dulu lah”
“apa yang papamu bilang itu ada benernya key”
“keyla ngerti kok maksud baik mama & papa, tapi pliss beri keyla kesempatan untuk berusaha sendiri”
“kamu itu mirip dengan papa kamu key, keras kepala kalau ada maunya”
“setidaknya keyla nggak manja dan nggak nyusahin orang lain kan mom, ya nggak pah??”. Bokap selalu setuju dengan kalimat gue yang satu ini.
“sebagai anak perempuan satu – satunya papa juga khawatir dengan kamu key”. Bokap selalu khawatir keadaan gue, meskipun dia tahu kalau gue bisa melakukannya sendiri. Contoh kasus waktu gue ikut perkemahan sekolah jaman SMP, bokap bela – belain bawain gue selimut tebal plus makan malam cuman untuk mastiin gue gak kelaperan dan bisa tidur dengan nyenyak. Padahal keadaan gue saat itu baik – baik aja.
“makasi deh papa perhatian sama saya, tapi keyla juga mo buktiin kalau keyla juga bisa berhasi dengan usaha sendiri”
“kalau memang tekad kamu sudah bulat, papa akan beri kesempatan buat kamu untuk melakukannya. Tapi janji kalau misalnya usaha kamu nggak berhasil, kamu harus gabung dengan perusahaan papa”
“iya keyla janji”
“makanannya dihabisin dong, jangan cuman ngobrol aja”. Nyokap, bokap dan gue kembali menikmati masakan yokap yang super nikmat.
“malam tante..”. tiba – tiba saja fadly muncul dari ruang tengah.
“eh nak fadly, ayo gabung sama kita makan malam.”
Tanpa rasa sungkan fadly langsung duduk dikursi sebelah gue, btw sikapnya kali ini beda banget dari yang tadi siang. Mungkin gara – gara kecapean kali yah, makanya dia agak bersikap dingin dan canggung.
---------------
“sampai kapan kamu bakalan tinggal dimakassar??”. Faldy mulai membuka obrolan dengan pertanyaan yang gue sendiri nggak tahu jawabannya apa.
Gue dan fadly duduk diteras belakang sembari menikmati cahaya bulan yang begitu sempurna, kalau untuk sepasang kekasih saat – saat seperti ini sangat romantis.
“kok diem??”. Kalimat fadly membuyarkan lamunan gue.
“bukannya diem, saya sendiri bingung menjawabnya gimana. Mama minta saya untuk tinggal dan nggak kembali kejakarta. Kalau disuruh milih sebenarnya saya pengen banget bisa balik kesana”
“apa bedanya sih stay disini sama dijakarta?”
“bukan masalah perbedaan ly, tapi lebih kepada kesempatan buat saya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih bagus”. Gue gak tau kenapa tiba – tiba gue berfikir kalau fadly meremehkan keinginan saya untuk sukses dijakarta.
“saya tau, tapi kan saingan kamu nggak sedkit disana. Banyak orang dari berbagai kota juga berusaha nyari peruntungan dijakarta, bisa dibilang peluang kamu kecil”. Tebakan gue benar, fadly sangat tidak yakin dengan kemampuan gue. Apa karena gue perempuan?
“perasaan sama aja deh disini”. Kali ini gue agak sinis menanggapi argument sepupu gue yang berbehel ini.
“tapikan setidaknya papa kamu bisa support”
“itulah susahnya orang Indonesia, selalu mengandalkan nama besar orang tua. Saya pengen berusaha sendiri ly”
“so, rencana kamu sekarang gimana?”
“maybe mulai dari sekarang saya musti buat list perusahaan mana saja yang akan saya tempati melamar”
“ribet juga yah”
“setidaknya saya kan udah berusaha”
Fadly memperbaiki gaya duduknya. “sebenarnya saya punya saran buat kamu, kali aja kamu berminat”
Sepertinya obrolan gue dan fadly mulai serius, keliatan dari gaya dia duduk, apa hubungannya coba? “saran apaan”
“kebetulan saat ini usaha mini market lagi menjamur dimana – mana, gimana kalau kamu juga buat usaha itu disekitar kompleks kita. Daerah sini kan gak ada, kamu bisa ambil peluang itu”
“ide bagus tuh, kamu bisa bantu??”
“saya akan coba bantu”
“besok saya akan ngobrolin rencana kita ini sama mama, kali aja mama mau dukung”
“kalau gitu saya balik dlu yah, udah hampir tengah malam”. Fadly beranjak dari duduknya, dan mengambil hpnya yang tergeletah dimeja.
“makasih yah ly buat sarannya”
“salamin aja sama tante dan om, kayaknya mereka juga udah tidur”
“sip..”
gue nganterin fadly sampe pintu depan, saat mobilnya meninggalkan halaman rumah, gue pun beranjak ke lantai 2 menuju kamar tidur gue.
Kayaknya gue sudah mulai dapet bayangan nih, usaha apa yang akan gue jalankan. Untungnya fadly juga udah nyanggupin untuk bantuin gue, setidaknya usaha gue untuk mewujudkannya nggak berat – berat banget. Tapi tetep, semuanya akan dimulai dari nol. Musti semangat 45 ngerjainnya.
---------------
Hari ke-2 gue dimakassar, nyokap ngajak belanja untuk keperluan rumah. Gue sih asik – asik aja, apalagi gue emang lagi survey usaha model mini market yang bakalan gue bangun.
“coba kamu ambil macaroni yang disana key”. Nyokap menunjuk bahan makanan kemasan yang berada persis dipojok rak.
“berapa banyak mom?”
“ambil 2 aja”
Gue ama nyokap kembali mengitari supermarket ini, ternyata barang jualannya komplit juga yah. Dari baju sampe sayur - mayur dipajang disini, apa mungkin gue usaha kayak gini?? Menurut gue sih gede banget, susah ngehandlenya. Kayaknya kalau mini market lebih kena sama gue, atau toserba “TOKO SERBA ADA”. Bakalan laku keras nih kalau gue buka dikompleks, secara yang punya usaha calom mantan super model di Jakarta. Gubraakkkk….
Tapikan kalo gue buka usaha toserba, otomatis gue butuh pekerja. Gue rekrut sapa?? Trus gue musti gaji berapa?? Belom jadi aja udah pusing mikirinnya, gimana bisa terwujud.
“key… keyla…”
“eh.. iya, iya mom”. Suara panggilan nyokap spontan membuyarkan khayalan gue yang dari tadi kelayapan kemana – mana.
“kamu kenapa sih key??”
“nggak kenapa – kenapa kok mom”
“dari tadi mama suruh ambil minyak gorang, malah ngelamun sambil megangin daging. Lagi ada masalah sama daging itu?”
Nyokap nanya gue ada masalah??? Seandainya nyokap tau, masalah gue gede.. gedeeeee bangeeeeeeeet… *pengaruh doyan hiperbola nih bisa jadi gara – gara daging ini juga…
“nggak kok mom, nggak ada apa – apa”. Nyokap kayak sedikit heran melihat sikap gue yang mulai aneh, jangan bilang nyokap sudah siap lariin gue ke RSJ Dadi yah?? Gue masih waras mom.
“mom, belanja masih lama nggak?? Keyla laperr..”
“kamu tuh kebiasaan key, disuruh nemenin mama belanja malah mentingin ngisi perut. Ya udah, kamu bawa trollinya ke kasir ”
“aseeekkk…”
---------------
“pesan apa bu??”. Seorang pelayan berbaju seragam item putih medekat, kalau diliat – liat mirip telor cicak. Emang telor cicak belang – belang gitu??
“kwetiau trus minumnya ice lemon tea”. Makanan favoritnya nyokap tuh. Saking senengnya dengan makanan itu, nyokap rela jauh – jauh ke hongkong cuman untuk menikmati makanan itu dinegeri asalanya.
“kalau kakak pesan apa??”
“what?? Kakak?? Sejak kapan gue diadopsi sama orangtunya ni anak??”. Gue cuman ngomong dalam hati sembari senyum – senyum gak jelas mandangin waiter didepan gue. Untung anaknya cakep, mestinya dia manggil gue dengan sebutan sayang bukan kakak.
“saya sandwich aja deh mas sama orange jus”
Pelayan itu pun berlalu meninggalkan meja kami. “katanya laper, kok cuman makan sandwich??”
“laper juga bukan berarti makan sampe sebakul kan mom??”
“tapi ngomong - ngomong gimana dengan rencana kamu untuk mulai mencari kerja?? Apa kamu sekarang sudah berubah pikiran dan ingin bergabung dengan perusahaan papa kamu aja??”. Pasti nyokap lagi berusaha mempengaruhi gue, gue harus bertahan dengan pendirian gue.
“itu dia mom yang ingin saya omongin dengan mama, kayaknya saya nggak jadi untuk melamar kerja”
“wah, kayaknya ide bagus tuh. Memang sebaiknya kamu bekerja di perusahaan kamu aja key”
“nggak juga mom”
“trus??”
“gini mom, saya dan fadly sebenarnya berencana untuk membuka usaha mini market. Berhubung usaha kami butuh modal yang besar, jadi saya minta bantuan mom dan papa untuk menjadi investor buat usaha kami itu”
“kamu yakin dengan usaha itu?? Untungnya kan gak banyak key?? Lagian kamu mau buka usaha dimana?”. Nyokap gimana sih?? Namanya aja usaha baru dirintis, ya iyalah untungnya gak bakalan besar. Tapi yang jelas, gue akan buktiin kalo usaha gue ini bisa jadi brand ternama. Kali aja bisa saingin outlet-nya KFC…
“mom, dimana - mana yang namanya usaha itu kalau gak untung ya rugi. Tapi yang jelas semuanya bergantung dari bagaimana kita berusaha, saya dan fadly akan mencoba untuk melakukan yang terbaik kok”. Semoga aja gue bisa meyakinkan nyokap, dan beliau bersedia untuk menjadi investor tunggal diusaha mini market gue.
“kalau tekad kamu sudah bulat, nanti mama akan bicarakan hal ini sama papa”
“tenkyu mom”
Pelayan cakkep yang penampilannya persis telor cicak, kembali mendekati meja kami dengan membawa nampan.
“ini pesanannya bu, kakak… selamat menikmati..”. kayaknya gue mesti nyari pekerja persis pelayan yang barusan deh, udah cakep, baek, ramah pula. Atau gue bajak dia aja yah buat kerja di tempat gue??
Kali ini gue bisa tersenyum lega, nyokap udah ngasih gue lampu hijau untuk membuat usaha mini market. Artinya selangkah lagi gue sudah bisa mewujudkan impian gue itu, dan yang pasti gue musti kabarin fadly tentang berita baik ini.