By. Reno Raditya
Nadia : “mo nikamtin bagaimana??? Yang jelas saya nggak bisa ngapa – ngapain”
Indra : “yah kamu nad, nyante aja kali. Lagian juga orang tua kamu nggak tau kan??”
Nadia : “tapi kan saya harus menjaga kepercayaan mereka ndra?? Kalo saya neko – neko, trus mereka tau?? Gimana dong?? Saya sendiri kan yang susah??”
Indra : “hello… ini bukan jaman siti nurbaya lagi kali”
Nadia : “iya, saya tau kok. tapi kan janji tetap janji, harus saya tepatin”
Indra : “kalo gitu mah nggak seru kali nad”
Nadia : “kamu kan tau sendiri, untuk bisa kuliah dibandung saya harus barter dengan kemauan nyokap. Saya nyelesein kuliah, abis itu saya harus rela dijodohin sama orang asing yang saya sendiri nggak tahu dia gimana”
Indra : “kamu itu, ibarat beli kucing dalam karung. Mau aja dijodohin??”
Nadia : “yah mo gimana lagi, biar bagaimana pun saya juga bakalan tetap di pingit. Mending juga gini”
Nadia memandang keluar jendela kereta api, tatapannya yang kosong seoalh membuatnya ikut terbang kedunia entah berantah. Sementara indra masih terus menikmati snack yang dibawanya, yang memang dipersiapkannya sebelum berangkat.
Indra : “nad… nad… nadia…”
Nadia tersentak saat indra menepuk bahunya.
Indra : “kamu ngelamun yah?? Pagi – pagi udah mikir yang aneh – aneh. Pamali tahu??”
Nadia hanya tersenyum kecil, sembari kembali mencoba menikmati perjalanannya.
Indra : “nad… nadia.. kamu masih idup kan??”
Nadia : “iya, kenapa sih??”
Indra : “kamu udah pernah liat cowok yang dijodoohkan sama kamu itu??”
Nadia : “penting yah saya jawab”
Indra : “ya iyalah, secarakan dia bakalan hidup sama kamu selamanya. Itu juga kalo nggak cerai”
Nadia diam sesaat, mencoba mengingat raut wajah cowok yang dijodohkan dengannya itu.
Nadia : “pernah, tapi cumin sekali sih. Itu juga pas kita berdua baru lulus smu, waktu orang tua saya ngasih penrjanjian konyol ini.”
Indra : “orangnya giman?? Cakep?? Tajir nggak?? Bisa dibawa arisan??”
Nadia : “yah mana saya tahu, yang jelas waktu saya liat orangnya lumayan dekil. Nggak keurus, selengeean. Pokoknya bentuknya nggak banget deh”
Indra : “trus kenapa kamu terima?”
Nadia : “gimana nggak coba?? Kalo misalnya saya nolak, saya bakalan cumin tinggal dirumah, dipingit, dikuliahin dimakassar, nggak bisa kemana – mana, trus ujung – ujung sama aja, saya bakalan tetap dijodohin. Ngerti??”
Indra : “tragis!!!!! Parah yah keluarga kamu..”
Indra tidak pernah abis pikir ttg keluarga nadia, meskipun tinggal dikota besa dengan kehidupan yang lumayan modern tetap saja masih menganut perjodohan jaman siti nurbaya..
Beberapa saat kemudian kereta api yang merenga tumpangi tiba distasiun kota Jogjakarta. Indra dan nadia membawa barang bawaan mereka, sembari mencari pak salim yang akan menjemput mereka.
---------------------------------------------------------------------------------------
Mama : “liburannya gimana nad??”
Nadia : “asik kok mah, meskipun rada – rada melelahkan juga. Yang jelas nadia sama indra bisa seneng – seneng disini”
Mama : “trus kapan kamu berangkat kesurabaya?”
nadia : “kayakx lusa mah, soalnya belum puas menikmati suasana kota jogja. Lagian nadia juga belum beli oleh – oleh”
Mama : “kamu hati – hati yah disana, jaga diri. Mama cuman takut aja terjadi apa sama kamu, dan ingat kamu haruss balik kemakassar sebelum tanggal 31 nanti.”
Nadia : “iya mah, nadia ngerti”
Mama : “tapi ngomong – ngomong anak om fian si ariel ada dijogja juga loh nad”
Nadia : “trus?”
Mama : “yah, kali aja kamu berminat ketemu sama dia.”
Nadia : “nggak ah mah, lagian dimakassar juga bakalan ketemu kan??”
Mama : “yah udah kalau gitu, kamu ingat pesan mama. Hati – hati dijalan, dan jangan lupa jaga diri. Trus kalau udah nyampe disurabaya kabarin mama”
Nadia : “iya mah..”
Nadia meletakkan ponselnya dimeja sampan tempat tidurnya, kepalanya agak berat. Kebimbangan mulai merasuk kedalam fikirannya, dia juga tidak habis fikir kenapa dia mau menuruti kemauan orang tuanya untuk dijodohkan?? Apa mungkin dia tidak pantas mencari jodoh sendiri??
---------------------------------------------------------------------------------------
Nadia : “eh, yang sopan dong. Yang mesan taxi ini duluan kan saya, kok maen nyerobot aja??”
Ariel : “maaf mbak, saya buru – buru soalnya. Kereta saya mo berangkat”
Nadia : “kamu pikir cuman kamu yang buru – buru apa?? Sama aja kali. Kereta saya juga mo berangkat”
Ariel : “mbak mo kestasiun kereta juga?”
Nadia hanya menggaguk menjawab pertanyaan cowok itu, mulutnya seakan tak bisa berkata saat memperhatikan wajah cowok itu.
Nadia : “ternyata ini orang cakep juga yah” (dalam hati)
Tanpa sanggahan sedikitpun, nadia masuk kedalam taksi bersama ariel dan duduk bersebelahan.
Nadia hanya diam, sementara cowok itu terus memperhatikan arloji dipergelangannya.
Tiba – tiba ponsel nadia bordering.
Indra : “nad, kamu dimana sih?? Ini udah jam berapa?? Keretanya udah mo berangkat tuh??”
Nadia : “saya lagi di taksi, menuju kesana”
Indra : “tapi kamu juga buruan datangnya, jangan sampe kita ketinggalan kereta lagi”
Nadia : “iya.. iya.. kamu tunggu aja”
Indra : “kamu kok bisik – bisik sih nad??”
Nadia : “pokoknya kamu tunggu aja”
Nadia mematikan telponnya, sementara indra kebingungan melihat sikap nadia seperti itu.
---------------------------------------------------------------------------------------
Indra : “itu sapa nad??”
Nadia : “orang stress kali, sudah cuekin aja”
Indra : “kok bisa satu taxi sama kamu??”
Nadia : “udah, nggak usah banyak Tanya”
Nadia menarik indra menuju gerbong kereta yang akan mereka tumpangi kesurabaya, sementara cowok yang tadinya se taxi dengan nadia malah mengekor dibelakang.
------------------------------------------------------------------------------------------
Nadia juga sebenarnya tidak mengerti, apakah itu sebuah kebetulan atau memang sudah direncanakan. Karena setelah sampai dibandara Surabaya pun dia selalu ketemu dengan cowok itu.
Nadia : “apa dia jodoh saya? Ah, nggak mungkin..” (dalam hati)
Awalnya nadia hanya bertanya – Tanya sendiri tentang semua kejadian itu, tapi karena rasa penasaran yang sudah memuncak akhirnya dia memberanikan diri untuk menanyakan langsung ke cowok itu.
Nadia : “maaf, boleh nanya sesuatu nggak?”
Cowok itu berbalik kea rah nadia.
Nadia : “bukannya geer, tapi sejak dari jogja sampai disini kamu kayak buntutin saya yah??”
Ariel : “maksud kamu?”
Nadia : “nggak, saya cuman mo mastiin aja. Jangan sampai kamu punya niat jelek sama saya”
Ariel : “kalo untuk yang satu itu kayaknya nggak, mungkin semuanya kebetulan aja”
Nadia : “ohhh… tapi bener kan kamu nggak berniat jahat sama saya??”
Ariel : “iya… nggak…”
Dengan rasa lega, nadia langsung nyelonong meninggalkan cowok itu. Sementara indra masih kebingungan dengan kejadian itu.
Ponsel nadia kembali berbunyi.
“mama sama papa lagi diperjalanan ke bandara untuk jemput kamu, bareng om fian juga mereka mo jemput ariel. Kalau sudah nyampe, sms mama yah”
Nadia kembali menyimpan ponselnya disaku.
---------------------------------------------------------------------------------------
Setelah terbang beberapa jam, akhirnya nadia dan indra tiba dibandara hasanuddin. Saat berada diruang kedatangan, tidak sengaja nadia melihat cowok itu lewat didekatnya.
Nadia : “tu cowok sebenarnya sapa sih??”
Indra : “tunangan kamu kali?? Bukannya nyokap kamu bilang dia mo dating??”
Nadia : “nggak mungkin, orangnya nggak sekeren itu”
Kali ini nadia hanya cuek, dia kembali meneruskan langkahnya menuju ke pintu utama ruang kedatangan.
nadia langsung melangkah kearah mama dan papanya yang berdiri tepat diruang kedatangan, lalu memeluk mereka.
Nadia juga menyalami om fian dan istrinya yang juga lagi menunggu anaknya diruang kedatangan.
Sebenarnya nadia penasaran dengan ariel, cowok yang bakalan dijodohkan sama dia.
Setelah beberapa menit, nadia melihat istri om fian mendekati cowok yang dikenalnya. Cowok yang dia kira membuntutinya selama di perjalanan.
Nadia : “kamu….. anaknya om fian?”
Ariel : “yah saya ariel, kamu nadia kan??”
Nadia hanya tersipu malu dengan perkenalan itu, ternyata cowok yang bersamanya selama perjalanan itu adalah cowok yang dijodohkan dengannya.
Mama nadia : “ternyata kalian sudah saling kenal yah??”
Ariel : “iya tante, pas dijalan nadia kira kalao saya membuntuti dia. Padahal kan saya cuman mo mastiin aja kalo dia tiba disini dengan selamat”
Nadia : “apa?? Ko kamu nggak bilang sih kalo kenal sama saya??”
Nadia langsung memukul pundak ariel berkali – kali karena rasa kesal, sebenarnya dia juga tidak menyangka perubahan ariel akan seperti itu. “sangat sempurna” baginya.. orang – orang yang berada disitu terbahak – bahak melihat tingkah nadia yang telihat keki. Nadia yang tadinya sempat ingin memberontak dengan perjodohannya itu, akhirnya hanya diam menerima permintaan kedua orang tuanya itu. Dia juga tidak menyangka, cinta pertama yang dialaminya adalah bersama calon suaminya sendiri.
Sabtu, 19 Desember 2009
“MAAF YANG TIDAK SEMPAT TERUCAP”
By. Reno Raditya
Delia : “Maaf? Enak aja? Kamu pikir dengan kata itu bisa membuat petra balik sama aku gitu?”
Marsha : “kamu kok malah balik marah sama aku sih del? Niat aku kan baik, mo ngasih tau kebenarannya sama kamu. Mestinya kamu berterimakasih sama aku dong”
Delia : “kebenaran kamu bilang? Kebenaran apa coba? Gara – gara kamu petra malah ninggalin aku, puas kamu?”
Emosi delia memuncak, sementara marsha tetap mencoba untuk member pengertian pada sahabatnya itu.
Delia : “jangan – jangan kamu memang sengaja bikin aku sama petra putus, supaya kamu bisa jadian sama dia kan?? Ngaku aja deh..”
Marsha : “del, aku bukan orang kayak gitu. Sumpah… ”
Delia : “makan tuh sumpah, aku sama sekali nggak percaya lagi sama kamu. Emang kamu pikir aku nggak tahu kalau kamu naksir sama petra? Mulai detik ini kamu nggak usah dekat sama aku lagi, aku benci sama kamu”
Kali ini delia berteriak histeris, dia sudah nggak sanggup lagi menahan kemarahannya.
Marsha : “delia…!! Kamu kok tega banget sih nuduh aku kayak gitu?? Aku sahabat kamu del, mana mungkin aku nyakitin kamu. Ingat, aku kenal kamu lebih dulu, jauh sebelum kamu kenal sama petra. Harusnya kamu aku del??
Mata marsha mulai berkaca – kaca, dia tidak pernah menyangka sahabatnya sendiri menuduhnya yang bukan – bukan.
Marsha : “aku cuman mongasih tau kalau petra itu benar – benar brengsek del?”
Delia tetap tidak menggubrisnya.
Marsha meneteskan air matanya dan tiba – tiba dia berteriak lantang kearah Marsha : “harusnya kamu berterimakasih sama aku del, liat aja kalau sampai petra bener – bener ninggalin kamu. Jangan pernah nangis – nangis cari aku! Dasar nggak tau berterima kasih”
(jeda sound)
Dengan uring – uringan marsha meletakkan tas ranselnya disofa ruang tengah, dan mama menghampiri marsha.
Mama : “pulang telat lagi?? Bukannya hari ini kamu harus les?”
Marsha : “udah ma, aku capek. Hari ini aku nggak mau diganggu”
Mama : “kamu itu gimana sih sha? Kalau mama kasih tau selalu aja ngeyel gitu”
Marsha : “napa sih selalu aja marsha yang disalahin?”
Mama : “maksud mama nggak gitu sha, mama hanya ingin kamu seperti kakakmu rival. Yang selalu mengutamakan pendidikannya, bukan keluyuran kayak gini”
Marsha : “iya, marsha ngerti.. marsha bukan anak pinter kayak kak rival yang selalu saja mama dan papa banggain, marsha hanya nyusahin orang aja. Itu kan yang mau mama bilang?”
Tangis marsha pecah.
Marsha : “mama dan papa memang nggak pernah sayang sama marsha, mungkin memang karena marsha bukan anak kandung mama dan papa kan?”
Mama : “marsha”
Marsha berlari masuk kekamarnya dan menghempaskan pintunya.
(jeda sound)
Leon : “sha, kamu tau nggak? Delia dan petra rebut besar kemaren. Katanya Delia melihat petra jalan dengan rossi, anak sma kacak.”
Marsha hanya menarik nafas panjang.
Marsha : “biarin aja, diakan udah pernah aku kasih tau. Lagian dijuga malah balik nuduh aku, kalau aku mau merebut petra dari dia. Sekarang biar dia rasain akibatnya”
Leon yang sedari tadi menikmati baksonya, kembali melanjutkan kata – katanya.
Leon : “kamu nggak kasian sama dia sha? Delia kan sahabat kamu?”
Marsha : “biarin, makan tuh petra”
Leon memandang marsha dengan tidak percaya. Inikah sosokj marsha yang dulu dia kenal? Egois, dan berpikiran sangat dangkal. Leon hanya menggeleng – gelengkan kepalanya. Dia tau kalau marsha pernah memberi peringatan pada delia, tapi bukan begini varanya menghukum sahabt sendiri.
(jeda sound)
Malam itu, seharusnya marsha berkumpul bersama keluarga dan teman – temannya untuk merayakan ulang tahunnya. Tapi dia lebih pilih untuk menyendiri dikamarnya. Marsha menganggap kalau keluarga dan teman – temannya sendiri tidak pernah care dan peduli padanya.
Marsha : “aku benci semua orang. Apa salah aku? Kenapa nggak ada satu orangpun yang menghargai aku?? Keluargaku sendiri pun sepertinya sudah nggak sayang dan memusuhi aku. Aku selalu mengira sahabt itu selalu ada buat aku kapan pun, tapi mana mereka saat aku butuh? Kenapa hidup ini nggak adil buat aku? Lebih baik aku mati”
Selintas mata marsha terpaku pada pisau yang ada dimeja riasnya, perlahan dia mengambil pisau itu. Marsha tidak bisa berfikir dengan jernih lagi, semua kejadian yang dialaminya akhir – akhir ini seolah mendorong dirinya untuk melakukan hal yang dipikirkannya.
Tanpa pikir panjang, marsha mengoreskan besi dingin itu dikulitnya. Dan seketika saja semuanya menjadi gelap.
(jeda sound)
Marsha : “aku dimana?? Kok semuanya pada disini?? Siapa yang sakit??”
Marsha melihat orang – orang yang berkerumun disebuah koridor, diantara mereka tampak menagis.
Dengan langkah gontai marsha berjalan mendekati kerumunan itu.
Marsha : “mama… papa… denger aku… kalian kenapa diam aja?”
Marsha mencoba menghalau pandangan kedua orang tuanya, tapi tetap tidak digubris. Mama dan papanya hanya menangis.
Marsha : “kalian kenapa sih?? Kenapa kalian diam??”
Marsha beralih mendekati temen – temannya yang juga berada disitu, dan dia melihat delia juga berdiri disitu.
Marsha : “kamu juga, kamu ngapain disini? Sebenarnya ini ada apa? Del, jawab aku….”
Tangis marsha makin meledak, tapi semua orang yang ada dstu tetap saja tidak menggubrisnya.
Marsha : “kenapa nggak ada yang denger aku, kenapa semua diam..”
Marsha kembali melanjutkan langkahnya melewati segerombolan orang yang berkumpul dikoridor.
Dia melihat orang yang keluar masuk disebuah ruangan tepat diujung koridor dengan berpakaian putih, karena penasaran marsha mendekati ruangan itu untuk mencari tau.
Ternyata diruangan itu dirinyalah yang terbaring, dengan tidak berdaya. Salah satu orang yang berbaju putih diruangan itu menutup tubuhnya dengan kain putih.
Tubuh marsha bergetar hebat, tangisnya semakin tidak tebendung.
Marsha : “ternyata… ternyata aku… “
Dokter yang merawat marsha menyatakan, kalau nyawa marsha sudah tidak bisa tertolong lagi.
Bukan hanya orang tua marsha yang sangat terpukul dengan kejadian itu, teman – temannya juga merasa sangat kehilangan.
Marsha melihat kesedihan yang begitu dalam dari orang – orang terdekatnya, sampai dy sendiri merasa menyesal telah meninggalkan mereka dengan cara ini.
Ternyata dugaannya selama ini pun salah, orang tuanya, keluarganya dan teman – temannya sangat menyayanginnya.
Marsha : “mama… papa… kak rival, leon, delia.. maafin aku yah. Maafkan kalau selama ini aku salah menilai kalian semua, aku tahu kalian sayang sama aku. Aku juga sayang kok sama kalian.. sekali lagi maafin marsha.. marsha harus pergi, marsha rindu sama kalian.”
Cahaya putih tiba – tiba menyeruak diruangan perawatan marsha, tubuhnya melayang mengikuti cahaya itu. Sementara orang – oaring yang menyayanginya hanya bisa menangis mengiringi kepergiannya.
Delia : “Maaf? Enak aja? Kamu pikir dengan kata itu bisa membuat petra balik sama aku gitu?”
Marsha : “kamu kok malah balik marah sama aku sih del? Niat aku kan baik, mo ngasih tau kebenarannya sama kamu. Mestinya kamu berterimakasih sama aku dong”
Delia : “kebenaran kamu bilang? Kebenaran apa coba? Gara – gara kamu petra malah ninggalin aku, puas kamu?”
Emosi delia memuncak, sementara marsha tetap mencoba untuk member pengertian pada sahabatnya itu.
Delia : “jangan – jangan kamu memang sengaja bikin aku sama petra putus, supaya kamu bisa jadian sama dia kan?? Ngaku aja deh..”
Marsha : “del, aku bukan orang kayak gitu. Sumpah… ”
Delia : “makan tuh sumpah, aku sama sekali nggak percaya lagi sama kamu. Emang kamu pikir aku nggak tahu kalau kamu naksir sama petra? Mulai detik ini kamu nggak usah dekat sama aku lagi, aku benci sama kamu”
Kali ini delia berteriak histeris, dia sudah nggak sanggup lagi menahan kemarahannya.
Marsha : “delia…!! Kamu kok tega banget sih nuduh aku kayak gitu?? Aku sahabat kamu del, mana mungkin aku nyakitin kamu. Ingat, aku kenal kamu lebih dulu, jauh sebelum kamu kenal sama petra. Harusnya kamu aku del??
Mata marsha mulai berkaca – kaca, dia tidak pernah menyangka sahabatnya sendiri menuduhnya yang bukan – bukan.
Marsha : “aku cuman mongasih tau kalau petra itu benar – benar brengsek del?”
Delia tetap tidak menggubrisnya.
Marsha meneteskan air matanya dan tiba – tiba dia berteriak lantang kearah Marsha : “harusnya kamu berterimakasih sama aku del, liat aja kalau sampai petra bener – bener ninggalin kamu. Jangan pernah nangis – nangis cari aku! Dasar nggak tau berterima kasih”
(jeda sound)
Dengan uring – uringan marsha meletakkan tas ranselnya disofa ruang tengah, dan mama menghampiri marsha.
Mama : “pulang telat lagi?? Bukannya hari ini kamu harus les?”
Marsha : “udah ma, aku capek. Hari ini aku nggak mau diganggu”
Mama : “kamu itu gimana sih sha? Kalau mama kasih tau selalu aja ngeyel gitu”
Marsha : “napa sih selalu aja marsha yang disalahin?”
Mama : “maksud mama nggak gitu sha, mama hanya ingin kamu seperti kakakmu rival. Yang selalu mengutamakan pendidikannya, bukan keluyuran kayak gini”
Marsha : “iya, marsha ngerti.. marsha bukan anak pinter kayak kak rival yang selalu saja mama dan papa banggain, marsha hanya nyusahin orang aja. Itu kan yang mau mama bilang?”
Tangis marsha pecah.
Marsha : “mama dan papa memang nggak pernah sayang sama marsha, mungkin memang karena marsha bukan anak kandung mama dan papa kan?”
Mama : “marsha”
Marsha berlari masuk kekamarnya dan menghempaskan pintunya.
(jeda sound)
Leon : “sha, kamu tau nggak? Delia dan petra rebut besar kemaren. Katanya Delia melihat petra jalan dengan rossi, anak sma kacak.”
Marsha hanya menarik nafas panjang.
Marsha : “biarin aja, diakan udah pernah aku kasih tau. Lagian dijuga malah balik nuduh aku, kalau aku mau merebut petra dari dia. Sekarang biar dia rasain akibatnya”
Leon yang sedari tadi menikmati baksonya, kembali melanjutkan kata – katanya.
Leon : “kamu nggak kasian sama dia sha? Delia kan sahabat kamu?”
Marsha : “biarin, makan tuh petra”
Leon memandang marsha dengan tidak percaya. Inikah sosokj marsha yang dulu dia kenal? Egois, dan berpikiran sangat dangkal. Leon hanya menggeleng – gelengkan kepalanya. Dia tau kalau marsha pernah memberi peringatan pada delia, tapi bukan begini varanya menghukum sahabt sendiri.
(jeda sound)
Malam itu, seharusnya marsha berkumpul bersama keluarga dan teman – temannya untuk merayakan ulang tahunnya. Tapi dia lebih pilih untuk menyendiri dikamarnya. Marsha menganggap kalau keluarga dan teman – temannya sendiri tidak pernah care dan peduli padanya.
Marsha : “aku benci semua orang. Apa salah aku? Kenapa nggak ada satu orangpun yang menghargai aku?? Keluargaku sendiri pun sepertinya sudah nggak sayang dan memusuhi aku. Aku selalu mengira sahabt itu selalu ada buat aku kapan pun, tapi mana mereka saat aku butuh? Kenapa hidup ini nggak adil buat aku? Lebih baik aku mati”
Selintas mata marsha terpaku pada pisau yang ada dimeja riasnya, perlahan dia mengambil pisau itu. Marsha tidak bisa berfikir dengan jernih lagi, semua kejadian yang dialaminya akhir – akhir ini seolah mendorong dirinya untuk melakukan hal yang dipikirkannya.
Tanpa pikir panjang, marsha mengoreskan besi dingin itu dikulitnya. Dan seketika saja semuanya menjadi gelap.
(jeda sound)
Marsha : “aku dimana?? Kok semuanya pada disini?? Siapa yang sakit??”
Marsha melihat orang – orang yang berkerumun disebuah koridor, diantara mereka tampak menagis.
Dengan langkah gontai marsha berjalan mendekati kerumunan itu.
Marsha : “mama… papa… denger aku… kalian kenapa diam aja?”
Marsha mencoba menghalau pandangan kedua orang tuanya, tapi tetap tidak digubris. Mama dan papanya hanya menangis.
Marsha : “kalian kenapa sih?? Kenapa kalian diam??”
Marsha beralih mendekati temen – temannya yang juga berada disitu, dan dia melihat delia juga berdiri disitu.
Marsha : “kamu juga, kamu ngapain disini? Sebenarnya ini ada apa? Del, jawab aku….”
Tangis marsha makin meledak, tapi semua orang yang ada dstu tetap saja tidak menggubrisnya.
Marsha : “kenapa nggak ada yang denger aku, kenapa semua diam..”
Marsha kembali melanjutkan langkahnya melewati segerombolan orang yang berkumpul dikoridor.
Dia melihat orang yang keluar masuk disebuah ruangan tepat diujung koridor dengan berpakaian putih, karena penasaran marsha mendekati ruangan itu untuk mencari tau.
Ternyata diruangan itu dirinyalah yang terbaring, dengan tidak berdaya. Salah satu orang yang berbaju putih diruangan itu menutup tubuhnya dengan kain putih.
Tubuh marsha bergetar hebat, tangisnya semakin tidak tebendung.
Marsha : “ternyata… ternyata aku… “
Dokter yang merawat marsha menyatakan, kalau nyawa marsha sudah tidak bisa tertolong lagi.
Bukan hanya orang tua marsha yang sangat terpukul dengan kejadian itu, teman – temannya juga merasa sangat kehilangan.
Marsha melihat kesedihan yang begitu dalam dari orang – orang terdekatnya, sampai dy sendiri merasa menyesal telah meninggalkan mereka dengan cara ini.
Ternyata dugaannya selama ini pun salah, orang tuanya, keluarganya dan teman – temannya sangat menyayanginnya.
Marsha : “mama… papa… kak rival, leon, delia.. maafin aku yah. Maafkan kalau selama ini aku salah menilai kalian semua, aku tahu kalian sayang sama aku. Aku juga sayang kok sama kalian.. sekali lagi maafin marsha.. marsha harus pergi, marsha rindu sama kalian.”
Cahaya putih tiba – tiba menyeruak diruangan perawatan marsha, tubuhnya melayang mengikuti cahaya itu. Sementara orang – oaring yang menyayanginya hanya bisa menangis mengiringi kepergiannya.
MENCINTAI ATAU DICINTAI
BY. RENO RADITYA
Nindya : “kita mau kemana sih rif?? Inikan sudah jam berapa??”
Rifky : “saya ingin menunjukkan sesuatu yang sangat special sama kamu”
Dengan mata tertutup rifky menuntun nindya menapaki setiap anak tangga, sebenarnya dia sendiri juga gugup tapi dia mencoba untuk tetap tenang.
Nindya : “kamu janji yah, nggak membuat hal – hal yang konyol lagi?”
Rifky : “iya saya janji”
Nindya kembali mengikuti rifky yang masih menuntunnya.
Setelah beberapa menit naik ke puncak menara Makassar, akhirnya rifky dan nindya berdiri tepat disisi paling depan gedung.
Rifky : “sekarang kamu boleh buka mata kamu”
Hembusan angin yang menerbangkan tiap helai rambutnya, membuat nindya semakin penasaran dimana mereka berada. Perlahan nindya mulai membuka matanya dan melihat sekelilingnya.
Nindya : “rifky, inikan… saya nggak nyangka sayang, sudah lama banget kita nggak kesini”
Rifky tersenyum kearah nindya, dan menggenggam jari kekasihnya itu.
Rifky : “kamu masih ingat kan?? Di tempat inilah pertama kali saya mencoba untuk mengungkapkan semuanya, mengungkapkan kalau saya sayang dan cinta sama kamu”
Nindya tidak tahu lagi harus berkata – kata apa, setiap kalimatnya seakan tertahan. Dia hanya mengangguk merespon pernyataan rifky.
Rifky : “saat itulah moment terindah dalam hidup saya, dan saya nggak akan bisa ngelupain itu semua”
Kebahagiaan yang dirasakan nindya sangat sempurna malam itu, selain rifky yang begitu menyayanginya ternyata cowok yang sangat dicintainya itu pun memberikan kejutan yang sangat tidak disangkanya. Tempat meraka berada saat itu telah didekorasi dengan sedemikian rupa, hingga terlihat benar – benar berbeda.
Rifky : “sayang, hari ini adalah tepat dua tahun hubungan kita. Nggak terasa yah waktu berlalu begitu cepat”
Nindya : “iya, perasaan kayak baru kemaren kamu mengatakan kalo kamu sayang dan cinta sama saya”
Rifky : “semoga aja hubungan kita bisa berlanjut selamanya sayang…”
Rifky mendekap nindya dipelukannya dan mengecup keningnya. Mereka berdua diam, memandangi pemandangan kota Makassar dimalam hari dari puncak menara Makassar.
Rifky : “kamu masih ingat nggak, kalo dulu saya pernah janji akan melamar kamu ditempat ini”
Nindya merapikan rambutnya yang berhamburan tertiup angin. Rifky mengeluarkan kotak merah dengan pita berwarna putih.
Rifky : “nindya, will u married me??”
Nindya hanya diam, sementara rifki melingkarkan cincin dijari manisnya.
Nindya : “yes I will”
Nindya kembali memeluknya…
******************************************************
Setelah hari itu, keluarga rifky datang menemui keluarga besar nindya. Mereka membicarakan lamaran yang dilakukan serta penetapan hari pernikahan rifky dan nindya.
Setelah merundingkannya beberapa lama, akhirnya mereka sepakat pernikahan putra putri mereka dilaksanakan seminggu sebelum bulan ramadhan tiba.
Andry : “selamat yah.. akhirnya kalian berdua akan melangsungkan pernikahan juga”
Nindya : “ini semua berkat dukungan kamu ndry, makasih kamu sudah menjadi sahabat terbaik buat kami”
Andry tersenyum dan kemudian membolak balik undangan berwarna cream yang diberikan nindy.
Andry : “tapi ngomong – ngomong kapan rifky berangkat ke papua??”
Nindya : “rencananya sih lusa”
Andry : “trus baliknya kapan?”
Nindya : “insya allah, tanggal tanggal 09 bulan ini”
Andry : “apa?? Nggak salah?? Bukannya itu sudah dekat – dekat hari pernikahan kalian??”
Nindya : “iya, tapi mo diapain lagi. Andry juga tetap harus menjalankan tugas yang dibebankan untuk dy”
Andry : “makanya, kalo nyari suami tuh jangan yang kerjaannya harus tugas dimana – dimana. Hari pernikahan kalian kalian aja seperti ini, gimana seandainya kalau kamu akan melahirkan nanti?”
Nindya : “kamu tuh aneh yah ndry, mikirnya yang macem – macem gitu. Udah ah.. ”
Andry : “iya.. iya… btw kamu udah mo pulangkan, saya nebeng yah?? Kita kan searah”
Nindya : “iya, tapi ingat kamu harus ngebantuin saya untuk preparing segalanya”
Andry dan nindya berjalan kearah mobil silver yang diparkir tepat samping pos security.
******************************************************
Pak Rahim : “Assalamu alaikum”
Nindy berjalan keruang tamu untuk membuka pintu.
Nindya : “wa alaikum salam…”
Pak rahim : “benar ini kediaman pak andry?”
Nindya : “iya benar”
Pak rahim : “kalau mbak sendiri apanya pak rifky?”
Nindya : “saya tunangannya, tapi ngomong – ngomong ada apa yah pak?”
Ibu rifky : “siapa nin??”
Nindya : “orang dari brimob bu”
Ibu rifky mendekati nindya yang masih berdiri didepan pintu.
Ibu rifky : “loh tamunya kok nggak disuruh masuk sih nin..”
nindya , ibu rifky, dan pak rahim masuk keruang tamu.
Pak rahim : “sebenarnya gini mbak, kami dari brimob ingin mengabarkan sesuatu. Ini mengenai andry”
Ibu rifky : “ada apa dengan anak saya pak??”
Pak rahim : “pesawat yang ditumpangi pak andry jatuh di daerah nusa tenggara”
Ibu rifky : “apaa??”
Pak rahim : “iya bu, dan dipastikan pak rifky meninggal saat kejadian itu”
Mendengar berita itu, ibu rifky langsung pingsan. Sementara nindya dan pak rahim sibuk menolong ibu rifky yang tidak sadarkan diri.
******************************************************
Hari pernikahan nindya tinggal menghitung hari, sementara keluarganya tidak tahu lagi harus berbuat apa. Sebenarnya mereka ingin membantalkan rencana itu, tapi mereka juga memikirkan soal undangan yang sudah ditebar, dan beberapa persiapan yang sudah fix.
Ditengah – tengah kegundahan mereka, akhirnya andry angkat suara.
Andry : “saya yang akan menikahi nindya”
Keluarga nindya dan keluarga rifky tersentak kaget mendengarkan hal itu, mereka tidak tahu harus menanggapi hal itu dengan seperti apa. Yang jelas dengan keinginan andry, pernikahan yang awalnya di batalkan bisa tetap di jalankan.
Nindya : “tapi aku nggak cinta sama kamu ndry”
Andry : “ini bukan masalah cinta atau tidak, yang jelas saya pernah berjanji pada rifky akan menjaga kamu. Dan saya harus tepati janji itu”
Nindya : “plis ndry… rifky nggak akan bisa terima itu..”
Andry terdiam, dia tidak bisa membalas kalimat nindya. Karena sebenarnya dia juga berat untuk melakukan hal itu.
Keluarga nindya, rifky dan andry menerima keputusan itu, dan pernikahannya tetap dilaksanakan seperti rencana awal.
******************************************************
Andry : “saya terima nikahnya nindya binti januardi dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai”
Pak rahman : “sah?..”
undangan : “ sah…sah…sah…”
andry selesai mengucapkan akad nikahnya, sementara nindya hanya bisa tertunduk sambil menangis.
Ketika semua yang hadir bangkit tanpa disangka – sangka rifky hadir di tengah – tengah mereka. Kondisinya masih lemah, dan keadaannya tidak seperti yang dulu. Tangis nindya semakin menjadi – jadi dan kemudian berlari memeluk tubuh rifky.
Orang – orang kaget, termasuk leuarga nindya, rifky dan andry, mereka seakan melihat hantu ditengah hari bolong.
Nindya : “maafkan saya rif, saya nggak pernaah bermaksud seperti ini. Dan saya nggak nyangka kamu bakaln datang, semua orang menyangka kamu telah meninggal dalam kejadian itu rif. Dan andry.. adnry hanya…” (menangis)
Rifky memegang tangan nindya dan mencoba untuk membuatnya tenang.
Rifky : “sudah, kamu nggak boleh menyesali semuanya. Mungkin kita memang belum jodoh, dan kamu juga harus menerima andry sebagai orang yang akan mendampingimu selamanya. Saya ikhlas kok menerima semuanya nin..”
Andry mendekati rifky dan nindya.
Rifky : “ndry, dulu saya pernah bilang kalau saya nggak ada kamu tolong jagain nindya yah. Tapi sekarang saya hanya bisa menyerahkan nindy kekamu, tolong jaga dy selamanya.”
Andry hanya bisa mengangguk menjawab permintaan rifky.
Rifky menarik tangan nindya dan kemudian menyandingkannya bersama andry, kemudian dia pergi meninggalkan mereka berdua. Kesedihannya begitu dalam, tapi dia juga tidak bisa mengingkari kalau nindya kini telah menjadi milik andry.
Dy hanya bisa berkata dalam hati “sebuah pertemuan itu adalah jodoh, dan perpisahan itu adalah takdir”
Mungkin inilah jalan yang diberikan alla padanya.
*****************************************************
Nindya : “kita mau kemana sih rif?? Inikan sudah jam berapa??”
Rifky : “saya ingin menunjukkan sesuatu yang sangat special sama kamu”
Dengan mata tertutup rifky menuntun nindya menapaki setiap anak tangga, sebenarnya dia sendiri juga gugup tapi dia mencoba untuk tetap tenang.
Nindya : “kamu janji yah, nggak membuat hal – hal yang konyol lagi?”
Rifky : “iya saya janji”
Nindya kembali mengikuti rifky yang masih menuntunnya.
Setelah beberapa menit naik ke puncak menara Makassar, akhirnya rifky dan nindya berdiri tepat disisi paling depan gedung.
Rifky : “sekarang kamu boleh buka mata kamu”
Hembusan angin yang menerbangkan tiap helai rambutnya, membuat nindya semakin penasaran dimana mereka berada. Perlahan nindya mulai membuka matanya dan melihat sekelilingnya.
Nindya : “rifky, inikan… saya nggak nyangka sayang, sudah lama banget kita nggak kesini”
Rifky tersenyum kearah nindya, dan menggenggam jari kekasihnya itu.
Rifky : “kamu masih ingat kan?? Di tempat inilah pertama kali saya mencoba untuk mengungkapkan semuanya, mengungkapkan kalau saya sayang dan cinta sama kamu”
Nindya tidak tahu lagi harus berkata – kata apa, setiap kalimatnya seakan tertahan. Dia hanya mengangguk merespon pernyataan rifky.
Rifky : “saat itulah moment terindah dalam hidup saya, dan saya nggak akan bisa ngelupain itu semua”
Kebahagiaan yang dirasakan nindya sangat sempurna malam itu, selain rifky yang begitu menyayanginya ternyata cowok yang sangat dicintainya itu pun memberikan kejutan yang sangat tidak disangkanya. Tempat meraka berada saat itu telah didekorasi dengan sedemikian rupa, hingga terlihat benar – benar berbeda.
Rifky : “sayang, hari ini adalah tepat dua tahun hubungan kita. Nggak terasa yah waktu berlalu begitu cepat”
Nindya : “iya, perasaan kayak baru kemaren kamu mengatakan kalo kamu sayang dan cinta sama saya”
Rifky : “semoga aja hubungan kita bisa berlanjut selamanya sayang…”
Rifky mendekap nindya dipelukannya dan mengecup keningnya. Mereka berdua diam, memandangi pemandangan kota Makassar dimalam hari dari puncak menara Makassar.
Rifky : “kamu masih ingat nggak, kalo dulu saya pernah janji akan melamar kamu ditempat ini”
Nindya merapikan rambutnya yang berhamburan tertiup angin. Rifky mengeluarkan kotak merah dengan pita berwarna putih.
Rifky : “nindya, will u married me??”
Nindya hanya diam, sementara rifki melingkarkan cincin dijari manisnya.
Nindya : “yes I will”
Nindya kembali memeluknya…
******************************************************
Setelah hari itu, keluarga rifky datang menemui keluarga besar nindya. Mereka membicarakan lamaran yang dilakukan serta penetapan hari pernikahan rifky dan nindya.
Setelah merundingkannya beberapa lama, akhirnya mereka sepakat pernikahan putra putri mereka dilaksanakan seminggu sebelum bulan ramadhan tiba.
Andry : “selamat yah.. akhirnya kalian berdua akan melangsungkan pernikahan juga”
Nindya : “ini semua berkat dukungan kamu ndry, makasih kamu sudah menjadi sahabat terbaik buat kami”
Andry tersenyum dan kemudian membolak balik undangan berwarna cream yang diberikan nindy.
Andry : “tapi ngomong – ngomong kapan rifky berangkat ke papua??”
Nindya : “rencananya sih lusa”
Andry : “trus baliknya kapan?”
Nindya : “insya allah, tanggal tanggal 09 bulan ini”
Andry : “apa?? Nggak salah?? Bukannya itu sudah dekat – dekat hari pernikahan kalian??”
Nindya : “iya, tapi mo diapain lagi. Andry juga tetap harus menjalankan tugas yang dibebankan untuk dy”
Andry : “makanya, kalo nyari suami tuh jangan yang kerjaannya harus tugas dimana – dimana. Hari pernikahan kalian kalian aja seperti ini, gimana seandainya kalau kamu akan melahirkan nanti?”
Nindya : “kamu tuh aneh yah ndry, mikirnya yang macem – macem gitu. Udah ah.. ”
Andry : “iya.. iya… btw kamu udah mo pulangkan, saya nebeng yah?? Kita kan searah”
Nindya : “iya, tapi ingat kamu harus ngebantuin saya untuk preparing segalanya”
Andry dan nindya berjalan kearah mobil silver yang diparkir tepat samping pos security.
******************************************************
Pak Rahim : “Assalamu alaikum”
Nindy berjalan keruang tamu untuk membuka pintu.
Nindya : “wa alaikum salam…”
Pak rahim : “benar ini kediaman pak andry?”
Nindya : “iya benar”
Pak rahim : “kalau mbak sendiri apanya pak rifky?”
Nindya : “saya tunangannya, tapi ngomong – ngomong ada apa yah pak?”
Ibu rifky : “siapa nin??”
Nindya : “orang dari brimob bu”
Ibu rifky mendekati nindya yang masih berdiri didepan pintu.
Ibu rifky : “loh tamunya kok nggak disuruh masuk sih nin..”
nindya , ibu rifky, dan pak rahim masuk keruang tamu.
Pak rahim : “sebenarnya gini mbak, kami dari brimob ingin mengabarkan sesuatu. Ini mengenai andry”
Ibu rifky : “ada apa dengan anak saya pak??”
Pak rahim : “pesawat yang ditumpangi pak andry jatuh di daerah nusa tenggara”
Ibu rifky : “apaa??”
Pak rahim : “iya bu, dan dipastikan pak rifky meninggal saat kejadian itu”
Mendengar berita itu, ibu rifky langsung pingsan. Sementara nindya dan pak rahim sibuk menolong ibu rifky yang tidak sadarkan diri.
******************************************************
Hari pernikahan nindya tinggal menghitung hari, sementara keluarganya tidak tahu lagi harus berbuat apa. Sebenarnya mereka ingin membantalkan rencana itu, tapi mereka juga memikirkan soal undangan yang sudah ditebar, dan beberapa persiapan yang sudah fix.
Ditengah – tengah kegundahan mereka, akhirnya andry angkat suara.
Andry : “saya yang akan menikahi nindya”
Keluarga nindya dan keluarga rifky tersentak kaget mendengarkan hal itu, mereka tidak tahu harus menanggapi hal itu dengan seperti apa. Yang jelas dengan keinginan andry, pernikahan yang awalnya di batalkan bisa tetap di jalankan.
Nindya : “tapi aku nggak cinta sama kamu ndry”
Andry : “ini bukan masalah cinta atau tidak, yang jelas saya pernah berjanji pada rifky akan menjaga kamu. Dan saya harus tepati janji itu”
Nindya : “plis ndry… rifky nggak akan bisa terima itu..”
Andry terdiam, dia tidak bisa membalas kalimat nindya. Karena sebenarnya dia juga berat untuk melakukan hal itu.
Keluarga nindya, rifky dan andry menerima keputusan itu, dan pernikahannya tetap dilaksanakan seperti rencana awal.
******************************************************
Andry : “saya terima nikahnya nindya binti januardi dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai”
Pak rahman : “sah?..”
undangan : “ sah…sah…sah…”
andry selesai mengucapkan akad nikahnya, sementara nindya hanya bisa tertunduk sambil menangis.
Ketika semua yang hadir bangkit tanpa disangka – sangka rifky hadir di tengah – tengah mereka. Kondisinya masih lemah, dan keadaannya tidak seperti yang dulu. Tangis nindya semakin menjadi – jadi dan kemudian berlari memeluk tubuh rifky.
Orang – orang kaget, termasuk leuarga nindya, rifky dan andry, mereka seakan melihat hantu ditengah hari bolong.
Nindya : “maafkan saya rif, saya nggak pernaah bermaksud seperti ini. Dan saya nggak nyangka kamu bakaln datang, semua orang menyangka kamu telah meninggal dalam kejadian itu rif. Dan andry.. adnry hanya…” (menangis)
Rifky memegang tangan nindya dan mencoba untuk membuatnya tenang.
Rifky : “sudah, kamu nggak boleh menyesali semuanya. Mungkin kita memang belum jodoh, dan kamu juga harus menerima andry sebagai orang yang akan mendampingimu selamanya. Saya ikhlas kok menerima semuanya nin..”
Andry mendekati rifky dan nindya.
Rifky : “ndry, dulu saya pernah bilang kalau saya nggak ada kamu tolong jagain nindya yah. Tapi sekarang saya hanya bisa menyerahkan nindy kekamu, tolong jaga dy selamanya.”
Andry hanya bisa mengangguk menjawab permintaan rifky.
Rifky menarik tangan nindya dan kemudian menyandingkannya bersama andry, kemudian dia pergi meninggalkan mereka berdua. Kesedihannya begitu dalam, tapi dia juga tidak bisa mengingkari kalau nindya kini telah menjadi milik andry.
Dy hanya bisa berkata dalam hati “sebuah pertemuan itu adalah jodoh, dan perpisahan itu adalah takdir”
Mungkin inilah jalan yang diberikan alla padanya.
*****************************************************
BOTAK SYNDROME
By. Reno Raditya
Nadia : “pokoknya saya nggak mau lagi kenal sama yang namanya orang botak, ngeselin, nggak tahu diri, dan…. Pokoknya nggak ada bagusnya berhubungan dengan orang botak”
Sambil ngomel – ngolmel, nadia mencoba melampiaskan kekesalannya. Roxy, cowok botak yang sempat pacaran sama dia, ternyata tidak pernah serius menanggapi hubungan yang mereka jalanin. Nadia hanya di permainkan, sementara roxy jalan sama cewek laen.
Nadia : “saya sayang banget dia, saya nggak tahu harus bagaimana kalau tanpa dia ndy”
Indy mendekap nadia yang terus saja terisak, dia juga bingung harus berbuat apa untuk membantu sahabatnya itu.
Nadia : “dia sudah khianatin saya ndy”
Kevin dan dodi hanya melongo benong, mereka bingung harus bersikap apa. Keadaan nadia yang seperti itu memang sudah biasa mereka lihat.
Kevin : “udah, lupain ajar roxy. Toh cowok bukan cumin dia kan? Masih ada saya dan dodi yang bisa kamu pilih”
Dodi tersenyum geli menanggapi perkataan Kevin.
Indy : “dasar cowok, kalian ngerti nggak sih? Masalahnya nggak sesimple itu, init uh soal perasaan. Lebih tepatnya perasaan seorang wanita”
Dodi : “emang beda yah ndy, perasaan cowok sama perasaan cewek”
Indy melotot kearah Kevin dan dodi, mecoba membungkam dua makhluk jayus yang sebenarnya nggak lucu – lucu banget.
Dodi reflex menyikut Kevin dari samping.
Kevin : “kamu apa – apan sih dod?? Sakit tau”
Dodi langsung berpaling seolah tidak pernah melakukan apa – apa.
Indy : “gimana?? Sudah baikan??”
Nadia hanya menggeleng menjawab indy, walaupun sedih harus mutusin roxy tapi dia juga nggak ma uterus disakitin sama makhluk botak nggak tahu diri itu.
Dodi : “masa cumin sedih – sedihan gini sih?? Bikin apa kek?? Kan nggak seru kalo cumin diem – dieman gini.”
Kevin : “emang kamu mo ngapain??”
Dodi : “gimana kalo kita makan dikantin aja, ya itung – itung skalian ngilangin stress juga”
Kevin : “alah kamu, ppikirannya makan aja”
Dodi : “mau nggak?? Saya yang traktir deh, tapi minumnya bayar sendiri yah??”
Indy : “nggak niat banget sih mo nraktir?? Kalo mo nraktir makan include sama minumnya dong, masa setengah – setengah gini”
Nadia tersenyum melihat tingkah konyol dodi, sementara indy dan Kevin terus memojokkan niat baik dodi.
Dodi : “pada mau kan?”
Tanpa mengiyakan, mereka langsung bangkit meninggalkan dodi menuju ke kekantin.
Dodi : “loh saya kok di tinggal, kan yang mo nraktir saya?? Woy, tunggu…”
*************************************************************
Nadia : “Kevin mana sih dod??”
Dodi : “tau tuh, soalnya sepagian ini saya nggak pernah liat batang hidungnya. Sibuk kali sama anak mapala?”
Nadia : “sibuk juga bukan berarti ngilang kayak gini kan?”
Dodi : “kamu kan tahu sendiri Kevin kayak gimana? Jailangkung aja kalah ma dia”
Nadia terus memperhatikan areal parkir, mencoba memastikan keberadaan Kevin. Dia berharap sahabatnya itu tiba – tiba muncul diantara kerumunan orang.
Beberapa saat kemudian Indy nimbrung bareng mereka nongkrong di bawah pohon depan kampus.
Nadia : “ndy, liat kevin g?”
Indy : “bukannya dia sama kamu?? Kok nanya sama saya??”
Nadia : “yah, kali aja kamu ketemu sama dy dikampus?”
Indy : “nggak, paling juga nongkrong bareng anak mapala”
Nadia : “Kevin kemana sih??”
Nadia kembali me-radial nomor hp Kevin di ponselnya.
Nadia : “mana hpnya nggak aktif lagi?”
nadia kembali memperhatikan kerumunan yang mengarah ke parkiran.
Nadia : “ndy, ke mapala yuk??”
Belum sempat mengangguk, nadia menariknya bangkit dan bergegas menuju kedalam kampus.
Dodi : “aku ikut yah…”
*************************************************************
Nadia : “dah lama yah?? Sorry yah telat, soalnya dijalan macet banget”
Dodi : “bukannya sudah kebiasaan?”
Nadia : “kali ini beneran dod”
Kali ini Kevin tidak banyak bicara, kondisinya yang tidak fit membuat dia enggak untuk berkomentar.
Nadia : “tiketnya udah ada??”
dodi mengangguk mengiyakannya, sementara Kevin mencoba menyandarkan kepalanya disofa ruang tunggu XXI.
Indy : “nih cemilannya, trus ini air mineral pesanan Kevin”
Nadia merasakan ada sesuatu yang beda didiri Kevin, wajahnya tampak pucat dan kondisinya tidak semangat.
Nadia : “kamu sakit vin?”
Kevin : “nggak kok, cumin nggak enak badan aja”
Indy yang berdiri diantara meraka, hanya diam. Dia sebenarnya ingin mengatakan sesuatu pada nadia, tapi banyak hal yang membuatnya tetap membisu.
Kevin : “kamu jadi kejogja?”
Kevin mencoba mengalihkan perhatian nadia.
Nadia : “iya, soalnya papah minta saya untuk membantu menghandle usahanya yang disana”
Kevin : “trus kuliah kamu gimana?”
Nadia : “untuk tahun ini saya cuti kuliah dulu”
Kevin : “kamu akan tinggal berapa lama?”
Nadia : “mungkin sampai papah pulang dari singapur”
Dodi : “kok pada serius gini sih?? Bukannya tujuan kita kesini mau nonton harry potter?? Ngobrolnya entar aja..”
Indy : “iya nih…”
“perhatian – perhatian pintu theater 1 telah dibuka, bagi anda pemegang karcis silahkan memasuki theatre 1”
Indy : “filmnya udah maen tuh”
Mereka bangkit dari sofa, dan saat mendekati pintu theater 1 tiba – tiba ada seseoranng yang menyenggol nadia.
Nadia : “yang sopan dong mas..”
Orang itu hanya berbalik sebentar, dan kemdian kembali berjalan.
Nadia : “rese banget, dasar botak”
Nadia mengumpat pelan melihat tingkah orang itu, sebenarnya nadia maklum cumin yang membuatnya semakin jengkel orang yang menabraknya itu botak.
Indy : “udah, nggak usah di gubris. Filmnya sudah maen tuh, ntar kita malah kelewatan”
Kevin, indy, nadia dan dodi bersamaan masuk kedalam theatre 1.
*************************************************************
“ndy, kamu kerumah sakit sekarang yah. Kevin masuk ICU lagi”, Indy ternsentak melihat sms yang dikirimkan dodi padanya. Meskipun ini bukan kali yang pertama, tapi tetap saja membuatnya kaget. Karena kemarin dia melihat kondisi Kevin baik – baik saja.
Indy : “keadaan Kevin gimana dod?”
Dodi : “dia lagi istirahat… tadi sakit kepalanya kambuh lagi, makanya saya bawa kesini..”
Indy : “saya takut melihat keadaan Kevin dod??”
Dodi : “nadia nggak dikabarin?”
Indy : “sebaiknya kita nggak usah ganggu dia dulu, lagian ini juga permintaan Kevin”
Tiba – tiba ibu dan ayah Kevin muncul di rumah sakit.
Mama Kevin : “nak dodi, Kevin dimana?”
Dodi : “Kevin dirawat diruangan ICU tante”
Mama Kevin : “keadaannya gimana, dia baik2 saja kan?”
Dodi : “ sakit kepalanya kambuh lagi, tapi sekarang sudah agak mendingan kok tante”
Mama Kevin menyusul suaminya masuk kedalam ruangan ICU tempat Kevin dirawat.
Indy meninggalkan dodi untuk mengambil obat di apotik rumah sakit.
Sebenarnya dodi juga gelisah dengan keadaan ini, melihat sahabatnya Kevin terbaring lemah dan nadia yang tidak pernah tahu tentang keadaan Kevin.
Setelah berfikir beberapa lama, akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi nadia lewat sms.
“saya nggak tahu harus bagai mana menjelaskannya, tapi yang perlu kamu tahu saat ini kevin dirawat dirumah sakit. Maaf kalo hal ini kita sembunyikan hal ini dari kamu, karena kita nggak ingin kosentrasi kamu terganggu. Kalo kamu ada waktu, sebaiknya kamu kesini untuk menjenguk Kevin secepatnya”
Dodi langsung mametikan ponselnya.
*************************************************************
Indy kaget melihat nadia tiba – tiba muncul dirumah sakit.
Nadia : “Kevin dimana ndy??”
Indy : “nadia??? Ngapain kamu disini?”
Nadia : “kamu tega, kalian semua tega ngelakuin ini semua. Apa saya nggak berhak untuk tahu keadaan Kevin?”
Indy : “kita semua nggak bermaksud seperti itu nad”
Nadia : “kalian memang nggak pernah menganggap kamu ada kan??” (nadia menangis)
Semenjak putus dengan roxy, kevinlah yang selama ini selalu menghiburnya. Dan itu membuatnya sangat ketergantungan pada Kevin.
Nadia dan indy mematung di koridor rumah sakit.
Dodi yang memandang dari kejauhan mendekat kearah mereka, kemudiian menarik nadia menuju ruangan tempat tempat Kevin dirawat.
Nadia : “Kevin……” (suara setengah berbisik)
Nadia : “kamu nggak papa kan vin?”
Kevin tersenyum kecil kearahnya, meskipun wajahnya pucat senyum itu tetap terlihat manis.
Kevin : “saya nggak papa kok nad, kamu nggak usah terlalu khawatir. Saya baik – baik saja kok”
nadia duduk disamping tempat tidur Kevin.
Kevin : “maaf yah nad, saya nggak bermaksud menyembunyikan ini semua dari kamu. Tapi sebenarnya ada hal yang lebih penting yang membuat saya enggan untuk mengabarkan tentang kondisi saya ke kamu”
Nadia : “emang ada apa vin?”
Kevin : “karena aku nggak mau, membuat orang yang saya sayang sedih hanya karena diriku”
Nadia : “maksud kamu?”
Kevin : “aku sayang kamu nad?”
Nadia tidak kuasa menahan air matanya, melihat Kevin terbaring lemah dan mengetahui kebeneran tentang isi hati kevin kepadanya.
Kevin menggenggam jari nadia, seolah enggan untuk melepasnya.
Kevin : “kamu maukan menerika keadaanku seperti ini?”
Nadia terdiam sejenak….
Nadia : “vin, meskipun saya sangat membenci orang berkepala botak. Tapi Itu nggak berlaku buat kamu, bagaimanapun keadaan kamu saya tetap akan menerima mu vin. Karena aku juga sayang sama kamu.”
Demi menjalani operasi kepala, Kevin harus rela mencukur habis rambutnya. Sebenarnya dia tidak ingin terlihat seperti ini dihadapan nadia, karena dia tahu nadia sangat membenci orang botak.
Hanya karena nadia sudah berada dihadapannya, Kevin tidak bias mengelak lagi.
Berawal dari sebuah pertemanan, nadia dan Kevin akhirnya mumutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih. Mereka berpacaran…..
Dodi dan indy hanya memandang kejadian itu dari luar ruangan tempat Kevin dirawat, dan mereka berharap semoga semua ini bisa membuat kondisi Kevin menjadi lebih baik lagi.
Tiba – tiba tanpa indy sadari, dodi berbalik kearahnya dan mengatakan sesuatu.
Dodi : “ndy, kamu mau nggak jadi pacarku?”
Indy : “apa? Jadi pacar mu? Nggak salah dengar? Tidakkkkk”
Indy langsung ngacir meninggalkan dodi yang mematung depan pintu ruangan Kevin.
Nadia : “pokoknya saya nggak mau lagi kenal sama yang namanya orang botak, ngeselin, nggak tahu diri, dan…. Pokoknya nggak ada bagusnya berhubungan dengan orang botak”
Sambil ngomel – ngolmel, nadia mencoba melampiaskan kekesalannya. Roxy, cowok botak yang sempat pacaran sama dia, ternyata tidak pernah serius menanggapi hubungan yang mereka jalanin. Nadia hanya di permainkan, sementara roxy jalan sama cewek laen.
Nadia : “saya sayang banget dia, saya nggak tahu harus bagaimana kalau tanpa dia ndy”
Indy mendekap nadia yang terus saja terisak, dia juga bingung harus berbuat apa untuk membantu sahabatnya itu.
Nadia : “dia sudah khianatin saya ndy”
Kevin dan dodi hanya melongo benong, mereka bingung harus bersikap apa. Keadaan nadia yang seperti itu memang sudah biasa mereka lihat.
Kevin : “udah, lupain ajar roxy. Toh cowok bukan cumin dia kan? Masih ada saya dan dodi yang bisa kamu pilih”
Dodi tersenyum geli menanggapi perkataan Kevin.
Indy : “dasar cowok, kalian ngerti nggak sih? Masalahnya nggak sesimple itu, init uh soal perasaan. Lebih tepatnya perasaan seorang wanita”
Dodi : “emang beda yah ndy, perasaan cowok sama perasaan cewek”
Indy melotot kearah Kevin dan dodi, mecoba membungkam dua makhluk jayus yang sebenarnya nggak lucu – lucu banget.
Dodi reflex menyikut Kevin dari samping.
Kevin : “kamu apa – apan sih dod?? Sakit tau”
Dodi langsung berpaling seolah tidak pernah melakukan apa – apa.
Indy : “gimana?? Sudah baikan??”
Nadia hanya menggeleng menjawab indy, walaupun sedih harus mutusin roxy tapi dia juga nggak ma uterus disakitin sama makhluk botak nggak tahu diri itu.
Dodi : “masa cumin sedih – sedihan gini sih?? Bikin apa kek?? Kan nggak seru kalo cumin diem – dieman gini.”
Kevin : “emang kamu mo ngapain??”
Dodi : “gimana kalo kita makan dikantin aja, ya itung – itung skalian ngilangin stress juga”
Kevin : “alah kamu, ppikirannya makan aja”
Dodi : “mau nggak?? Saya yang traktir deh, tapi minumnya bayar sendiri yah??”
Indy : “nggak niat banget sih mo nraktir?? Kalo mo nraktir makan include sama minumnya dong, masa setengah – setengah gini”
Nadia tersenyum melihat tingkah konyol dodi, sementara indy dan Kevin terus memojokkan niat baik dodi.
Dodi : “pada mau kan?”
Tanpa mengiyakan, mereka langsung bangkit meninggalkan dodi menuju ke kekantin.
Dodi : “loh saya kok di tinggal, kan yang mo nraktir saya?? Woy, tunggu…”
*************************************************************
Nadia : “Kevin mana sih dod??”
Dodi : “tau tuh, soalnya sepagian ini saya nggak pernah liat batang hidungnya. Sibuk kali sama anak mapala?”
Nadia : “sibuk juga bukan berarti ngilang kayak gini kan?”
Dodi : “kamu kan tahu sendiri Kevin kayak gimana? Jailangkung aja kalah ma dia”
Nadia terus memperhatikan areal parkir, mencoba memastikan keberadaan Kevin. Dia berharap sahabatnya itu tiba – tiba muncul diantara kerumunan orang.
Beberapa saat kemudian Indy nimbrung bareng mereka nongkrong di bawah pohon depan kampus.
Nadia : “ndy, liat kevin g?”
Indy : “bukannya dia sama kamu?? Kok nanya sama saya??”
Nadia : “yah, kali aja kamu ketemu sama dy dikampus?”
Indy : “nggak, paling juga nongkrong bareng anak mapala”
Nadia : “Kevin kemana sih??”
Nadia kembali me-radial nomor hp Kevin di ponselnya.
Nadia : “mana hpnya nggak aktif lagi?”
nadia kembali memperhatikan kerumunan yang mengarah ke parkiran.
Nadia : “ndy, ke mapala yuk??”
Belum sempat mengangguk, nadia menariknya bangkit dan bergegas menuju kedalam kampus.
Dodi : “aku ikut yah…”
*************************************************************
Nadia : “dah lama yah?? Sorry yah telat, soalnya dijalan macet banget”
Dodi : “bukannya sudah kebiasaan?”
Nadia : “kali ini beneran dod”
Kali ini Kevin tidak banyak bicara, kondisinya yang tidak fit membuat dia enggak untuk berkomentar.
Nadia : “tiketnya udah ada??”
dodi mengangguk mengiyakannya, sementara Kevin mencoba menyandarkan kepalanya disofa ruang tunggu XXI.
Indy : “nih cemilannya, trus ini air mineral pesanan Kevin”
Nadia merasakan ada sesuatu yang beda didiri Kevin, wajahnya tampak pucat dan kondisinya tidak semangat.
Nadia : “kamu sakit vin?”
Kevin : “nggak kok, cumin nggak enak badan aja”
Indy yang berdiri diantara meraka, hanya diam. Dia sebenarnya ingin mengatakan sesuatu pada nadia, tapi banyak hal yang membuatnya tetap membisu.
Kevin : “kamu jadi kejogja?”
Kevin mencoba mengalihkan perhatian nadia.
Nadia : “iya, soalnya papah minta saya untuk membantu menghandle usahanya yang disana”
Kevin : “trus kuliah kamu gimana?”
Nadia : “untuk tahun ini saya cuti kuliah dulu”
Kevin : “kamu akan tinggal berapa lama?”
Nadia : “mungkin sampai papah pulang dari singapur”
Dodi : “kok pada serius gini sih?? Bukannya tujuan kita kesini mau nonton harry potter?? Ngobrolnya entar aja..”
Indy : “iya nih…”
“perhatian – perhatian pintu theater 1 telah dibuka, bagi anda pemegang karcis silahkan memasuki theatre 1”
Indy : “filmnya udah maen tuh”
Mereka bangkit dari sofa, dan saat mendekati pintu theater 1 tiba – tiba ada seseoranng yang menyenggol nadia.
Nadia : “yang sopan dong mas..”
Orang itu hanya berbalik sebentar, dan kemdian kembali berjalan.
Nadia : “rese banget, dasar botak”
Nadia mengumpat pelan melihat tingkah orang itu, sebenarnya nadia maklum cumin yang membuatnya semakin jengkel orang yang menabraknya itu botak.
Indy : “udah, nggak usah di gubris. Filmnya sudah maen tuh, ntar kita malah kelewatan”
Kevin, indy, nadia dan dodi bersamaan masuk kedalam theatre 1.
*************************************************************
“ndy, kamu kerumah sakit sekarang yah. Kevin masuk ICU lagi”, Indy ternsentak melihat sms yang dikirimkan dodi padanya. Meskipun ini bukan kali yang pertama, tapi tetap saja membuatnya kaget. Karena kemarin dia melihat kondisi Kevin baik – baik saja.
Indy : “keadaan Kevin gimana dod?”
Dodi : “dia lagi istirahat… tadi sakit kepalanya kambuh lagi, makanya saya bawa kesini..”
Indy : “saya takut melihat keadaan Kevin dod??”
Dodi : “nadia nggak dikabarin?”
Indy : “sebaiknya kita nggak usah ganggu dia dulu, lagian ini juga permintaan Kevin”
Tiba – tiba ibu dan ayah Kevin muncul di rumah sakit.
Mama Kevin : “nak dodi, Kevin dimana?”
Dodi : “Kevin dirawat diruangan ICU tante”
Mama Kevin : “keadaannya gimana, dia baik2 saja kan?”
Dodi : “ sakit kepalanya kambuh lagi, tapi sekarang sudah agak mendingan kok tante”
Mama Kevin menyusul suaminya masuk kedalam ruangan ICU tempat Kevin dirawat.
Indy meninggalkan dodi untuk mengambil obat di apotik rumah sakit.
Sebenarnya dodi juga gelisah dengan keadaan ini, melihat sahabatnya Kevin terbaring lemah dan nadia yang tidak pernah tahu tentang keadaan Kevin.
Setelah berfikir beberapa lama, akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi nadia lewat sms.
“saya nggak tahu harus bagai mana menjelaskannya, tapi yang perlu kamu tahu saat ini kevin dirawat dirumah sakit. Maaf kalo hal ini kita sembunyikan hal ini dari kamu, karena kita nggak ingin kosentrasi kamu terganggu. Kalo kamu ada waktu, sebaiknya kamu kesini untuk menjenguk Kevin secepatnya”
Dodi langsung mametikan ponselnya.
*************************************************************
Indy kaget melihat nadia tiba – tiba muncul dirumah sakit.
Nadia : “Kevin dimana ndy??”
Indy : “nadia??? Ngapain kamu disini?”
Nadia : “kamu tega, kalian semua tega ngelakuin ini semua. Apa saya nggak berhak untuk tahu keadaan Kevin?”
Indy : “kita semua nggak bermaksud seperti itu nad”
Nadia : “kalian memang nggak pernah menganggap kamu ada kan??” (nadia menangis)
Semenjak putus dengan roxy, kevinlah yang selama ini selalu menghiburnya. Dan itu membuatnya sangat ketergantungan pada Kevin.
Nadia dan indy mematung di koridor rumah sakit.
Dodi yang memandang dari kejauhan mendekat kearah mereka, kemudiian menarik nadia menuju ruangan tempat tempat Kevin dirawat.
Nadia : “Kevin……” (suara setengah berbisik)
Nadia : “kamu nggak papa kan vin?”
Kevin tersenyum kecil kearahnya, meskipun wajahnya pucat senyum itu tetap terlihat manis.
Kevin : “saya nggak papa kok nad, kamu nggak usah terlalu khawatir. Saya baik – baik saja kok”
nadia duduk disamping tempat tidur Kevin.
Kevin : “maaf yah nad, saya nggak bermaksud menyembunyikan ini semua dari kamu. Tapi sebenarnya ada hal yang lebih penting yang membuat saya enggan untuk mengabarkan tentang kondisi saya ke kamu”
Nadia : “emang ada apa vin?”
Kevin : “karena aku nggak mau, membuat orang yang saya sayang sedih hanya karena diriku”
Nadia : “maksud kamu?”
Kevin : “aku sayang kamu nad?”
Nadia tidak kuasa menahan air matanya, melihat Kevin terbaring lemah dan mengetahui kebeneran tentang isi hati kevin kepadanya.
Kevin menggenggam jari nadia, seolah enggan untuk melepasnya.
Kevin : “kamu maukan menerika keadaanku seperti ini?”
Nadia terdiam sejenak….
Nadia : “vin, meskipun saya sangat membenci orang berkepala botak. Tapi Itu nggak berlaku buat kamu, bagaimanapun keadaan kamu saya tetap akan menerima mu vin. Karena aku juga sayang sama kamu.”
Demi menjalani operasi kepala, Kevin harus rela mencukur habis rambutnya. Sebenarnya dia tidak ingin terlihat seperti ini dihadapan nadia, karena dia tahu nadia sangat membenci orang botak.
Hanya karena nadia sudah berada dihadapannya, Kevin tidak bias mengelak lagi.
Berawal dari sebuah pertemanan, nadia dan Kevin akhirnya mumutuskan untuk menjalin hubungan yang lebih. Mereka berpacaran…..
Dodi dan indy hanya memandang kejadian itu dari luar ruangan tempat Kevin dirawat, dan mereka berharap semoga semua ini bisa membuat kondisi Kevin menjadi lebih baik lagi.
Tiba – tiba tanpa indy sadari, dodi berbalik kearahnya dan mengatakan sesuatu.
Dodi : “ndy, kamu mau nggak jadi pacarku?”
Indy : “apa? Jadi pacar mu? Nggak salah dengar? Tidakkkkk”
Indy langsung ngacir meninggalkan dodi yang mematung depan pintu ruangan Kevin.
Langganan:
Postingan (Atom)