Selasa, 25 Mei 2010

MENCINTAI DENGAN HATI

Mika : “saya ngerti kok, kalau selama ini kamu memang nggak cinta sama nina. Tapi yang bikin saya penasaran, kamu kok bisa tahan yah pacaran sampe 3 taon. Emang sebenarnya apa sih yang kamu harapkan dari cewek itu??”
Kevin : “apa yah?? Hhmmm… saya sendiri bingung untuk menjelaskannya, tapi sebenarnya ada beberapa hal yang saya suka dari nina”
Mika : “emang apa?”
Kevin : “salah satunya, dia punya segudang kata maaf untuk semua kesalahan yang saya buat”
Mika : “dasar kamu vin, itu mah sama aja kamu udah nyakitin dia”
Kevin : “iya juga sih, cuman mo diapain lagi. Dia sendiri kan yang suka”
Mika : “kamu bener – bener kebangetan yah vin”
Kevin hanya tersenyum menaggapi komentar mika, cewek tomboy yang memang selama ini dekat dengan dia.
Mika : “vin, kamu percaya karma nggak??”
Kevin : “karma yang lagunya coklat itu kan??”
Mika : “saya serius vin”
Kevin kembali manggut – manggut sembari mengalihkan pandangannya kearah lapangan basket.
Mika : “jangan sampe malah yang kamu merasakan perasaan yang dirasakan nina saat ini, semuanya bisa saja terbalik vin”
Kevin : “nggak mungkin, nggak ada dikamus saya mencinta seseorang yang memang nggak pernah saya cintai. Ingat itu…”
Dengan raut yang agak jutek, Kevin bangkit meninggalkan mika yang masih duduk dibangku panjang dekat parkiran kampus. Sebenarnya dia sudah malas membahas tentang hubungannya dengan nina, apalagi mika yang selalu mengungkit tentang masalah itu.
Sementara mika hanya menggeleng melihat tingkah laku sahabatnya itu.
--------
(jeda sound)
Derris : “perlu saya bantu mbak??”
Nina : “eh, nggak usah mas. Saya bisa angkat sendiri kok”
Derris terus memperhatikan nina yang mencoba mengangkat tas belanjaannya dengan susah payah, saat menuruni anak tangga kaki nina tersandung dan semua barang bawaannya berhamburan dilantai. Dengan sigap derris menghampiri nina untuk membantunya memunguti barang – barang yang berhamburan.
Nina : “maaf yah udah ngerepotin kamu”
Derris : “nggak papa kok, itu sudah tugas saya untuk membantu kamu”
Nina : “btw nama saya nina”
Derris : “saya derris, derris anggara. Barangnya mo diangkat kemana nih??”
Nina : “mungkin diangkat kedepan sana aja, soalnya saya juga lagi nunggu jemputan”
Derris : “pacar yah?”
Nina hanya menjawabnya dengan senyuman.
Kevin meletakan barang nina dekat pintu keluar mall BC.
Nina : “makasih yah atas bantuannya”
Derris : “sama – sama. Kalau gitu saya duluan yah”
Nina kembali tersenyum, kemudian derris berjalan mendekati taxi yang berada tepat diparkiran samping mereka. Saat taxi yang ditumpangi derris pergi, tidak sengaja nina melihat dompet dekat barang belanjaanya. Karena penasaran, nina mencoba memeriksa kartu identitas dalam dompet itu. Ternyata dompet itu milik derris.
Disaat yang bersamaan, Kevin memarkir mobilnya tepat didekat nina. Dengan bantuan pacarnya itu, nina menaikan semua barang belanjaannya kedalam mobil.
Kevin : “itu dompet sapa nin??”
Nina : “tadi ada orang yang bantuin saya mengangkat barang, tapi dompetnya malah jatuh. Untung saya yang dapet”
Kevin menjalankan mobilnya keluar dari parkiran mall BC.
Nina : “untung ada kartu namanya, setidaknya kita bisa hubungin dia lewat nomor telpon yang tertera dikartu nama ini”
Kevin : “besok aja kamu ngubungin orang itu, lagian juga sudah sore”
Nina hanya diam, sementara kevin focus mengendarai mobilnya. Sebenarnya nina juga lumayan kesel melihat tanggapan kevin yang begitu dingin tentang hal ini, tapi dia juga mengerti kalau pacarnya itu cuek banget.
--------
(jeda sound)
Nina : “handphonenya nggak aktif mik, lowbatt kali. Emang kevin nggak ngasih tau dia kemana??”
Mika : “nggak, td dia buru – buru. Cuman kemaren dia sempat bilang kalau dia mo rapat dengan anak mapala”
Nina menarik nafas panjang, kemudian kemabali me-radial nomor kevin. Dan hasilnya tetap saja tidak nyambung.
Nina : “tu anak bener – bener deh, giliran dibutuhkan aja malah menghilang. Dari pada nungguin dia yang nggak jelas datangnya kapan, mending saya pergi sendiri aja deh.”
Saat memalingkan penglihatannya, secara tidak sengaja mika melihat kevin yang lagi sandar dikursi panjang disudut gedung fakultas teknik. Mika kebingungan, antara member tahu nina atau diam saja.
Nina : “mik, mika… kamu kok diem aja sih?? Sakit yah??”
Mika : “oh.. ngg… nggak kok, eh iya. Td kayak masuk angin..”
Nina : “ya udah, kamu istirahat gih sana. Hhmm.. jangan lupa tolong kasih tau kevin kalau saya mo balikin dompet orang yang nolongin saya kemaren”
Mika : “sapa emangnya??”
Nina : “pokoknya dia tau kok sapa orangnya, kamu kasih tau aja.”
Mika : “okay”
Mika kembali terdiam, sesekali melihat kearah kevin yang ternyata lagi asik molor.
Mika : “dasar badak tu anak, nggak tau diri banget sih”
Sebenarnya mika merasa bersalah karena tidak member tahu nina apa sebenarnya yang terjadi, tapi dia juga nggak mau melihat nina dan kevin bertengkar hebat gara – gara hal konyol seperti itu.
--------
Nina : “saya udah di café ocean meja 16, kamu dimana?”
Derris : “saya udah dekat kok, kamu tunggu bentar yah”
Nina : “okay kalo gitu, saya tunggu yah”
Nina kembali meletakkan handphonnya ditas jinjingnya, sembari menunggu dia kembali menikmati lemon tea yang dipesannya.
Beberapa saat kemudian, tanpa disadari nina, seorang cowok dengan perawakan yang lumayan jangkung berdiri tepat dihadapannya.
Derris : “uda lama yah nunggunya??”
Nina mendongakkan kepalanya, dan melihat kearah cowok itu.
Nina : “nggak kok, saya juga baru datang. Btw kamu mau pesan apa??”
Derris : “saya pesan lemon tea aja”
Nina : “suka lemon tea juga??”
Derris : “dari dulu saya memang sudah terbiasa menikmati lemon tea, sensasi rasanya nikmat banget”
Nina : “sama dong yah dengan saya”
Berawal dari kesamaan yang mereka miliki, membuat nina dan derris semakin akrab.
Nina : “nih dompet kamu, kayaknya jatuh pas kamu nolongin saya angkat barang”
Derris : “makasih yah, untung aja kamu yang nemuin. Nggak tau deh apa jadinya kalau dompet saya ini hilang, bukan masalah duitnya, tapi males ngurus surat – surat yang ada didalamnya”
Nina : “iya juga sih..”
Tanpa terasa, hamper 3 jam mereka ngobrol ditempat itu. Banyak hal yang mereka bicarakan, mulai dari derris yang selalu mengganggap dompet itu sangat berharga karena pemberian almarhum papanya, sampe cerita nina tentang kevin pacarnya yang selalu bersikap cuek.
Nina : “kayaknya udah sore deh, kita pulang yuk”
Derris hanya mengangguk mengiyakan nina, dengan beriringan mereka berjalan menuju mobil derris yang parker dekat pintu masuk café ocean.
Dikesan pertama itu, nina mendapatkan sosok derris yang begitu perhatian padanya. Deris juga begitu mengerti wanita, hal itu juga yang membuat nina semakin mengagumi cowok berkaca mata itu.
--------
(jeda sound)
Nina : “ini apa don??”
Donny : “kamu denger sendiri deh”
Donny menyodorkan ipodnya kearah nina, dia ingin memperdengarkan sebuah rekaman pada gadis itu.
Meski agak ragu, nina memutar rekaman itu.
Mika : “saya ngerti kok, kalau selama ini kamu memang nggak cinta sama nina. Tapi yang bikin saya penasaran, kamu kok bisa tahan yah pacaran sampe 3 taon. Emang sebenarnya apa sih yang kamu harapkan dari cewek itu??”
Kevin : “apa yah?? Hhmmm… saya sendiri bingung untuk menjelaskannya, tapi sebenarnya ada beberapa hal yang saya suka dari nina”
Mika : “emang apa?”
Kevin : “salah satunya, dia punya segudang kata maaf untuk semua kesalahan yang saya buat”
Mika : “dasar kamu vin, itu mah sama aja kamu udah nyakitin dia”
Kevin : “iya juga sih, cuman mo diapain lagi. Dia sendiri kan yang suka”
Mika : “kamu bener – bener kebangetan yah vin”
Karena tidak bisa mendengar isi rekaman itu, nina langsung mematikannya.
Donny : “itu bukti kalau kevin tidak benar – benar mencintai kamu nin, nyatanya selama ini dia nggak pernah manggil kamu dengan sebutan sayang kan??”
Nina tidak mampu lagi berkata – kata, lidahnya terasa kaku untuk mengungkapkan perasaanya itu. Dia langsung pergi meninggalkan donny.
Donny : “seandainya waktu itu lo nerima saya, saya nggak akan memperlalukan kamu seperti ini nin” (bisiknya dalam hati)
--------
(jeda sound)
Setelah kejadian itu, nina nggak pernah lagi bertemu dengan kevin. Kevin sendiri kebingungan dengan sikap nina yang selalu menghindarinya, dia juga merasa sangat kehilangan nina.
Kevin : “saya nggak habis pikir mik, sikap nina bener – benar berubah”
Mika : “kamu yakin nggak berbuat salah, kamu nggak selingkuh kan??”
Kevin : “mik, kamu sendiri taukan gimana saya. Selama 3 tahun pacaran dengan nina, nggak pernah sekalipun saya selingkuh. Meskipun selama ini saya mengakui kalau saya menjalaninya setengah hati”
Mika mencoba menghela nafas.
Mika : “oke, nanti saya akan coba untuk membantu kamu. Tapi saya harap kamu juga bersabar untuk itu”
Mika kembali menghela nafas
Mika : “satu hal yang ingin saya tanyakan sama kamu, kamu mencintai nina kan? Itu yang membuat kamu takut kehilangan dia saat ini”
Kevin hanya diam, dia sendiri bingun dengan perasaannya.
Sebenarnya kevin merasakan firasat kalau moment ini adalah saat – saat terakhirnya bersama nina, karena dia tau betul watak gadis yang menjadi pacarnya itu.
Jauh dari apa yang dirasakan kevin, nina malah semakin akrab dengan derris. Nina selalu menganggap kalau derris adalah sosok cowok yang sempurna, pengertian,
--------
“kita putus” hanya kalimat itu yang dikirimkan nina kepada kevin melalui sms, dan kevin sendiri nggak percaya kalo ternyata nina benar – benar akan meninggalkannya.
Berkali – kali kevin mencoba menghubungi nina, tapi semuanya sia – sia, karena nina tetap tidak menggubrisnya.
Kevin tidak tahu harus berbuat apa untuk bisa menemui nina, semua usahanya gagal. Nina sendiri diam, tidak mau menjelaskan kenapa dia memutuskan kevin.
“salah saya apa nin??? Kenapa musti putus?? Saya sayang sama kamu.. kalo memang saya punya salah, kamu kasih tau saya dong. Saya akan coba untuk memperbaikinya. Saya nggak tahu harus bagaimana kalau harus hidup tanpa kamu”, sms itu pun tetap tidak digubris nina. Hal itu juga membuat kevin semakin terpuruk.
--------
Untuk yang kedua kali, nina memberanikan diri untuk kembali menemui derris. Mereka memang sering berhubungan lewat telpon, nina juga sering curhat tentang hubungannya dengan kevin.
Derris : “keadaan kamu gimana nin??”
Nina : “sudah agak baikan, setidaknya saya sudah tidak memikirkan soal kevin lagi”
Derris : “tapi dia masih sering nelpon kamu??”
Nina : “iy, cuman saya tetap tidak menggubrisnya”
Derris : “baguslah, sebaiknya kamu juga bilang ke dia untuk nggak usah menggangu kamu lagi”
Nina hanya tersenyum, dia juga sangat bahagia karena derris semakin perhatian sama dia.
Derris : “nin, saya boleh ngomong sesuatu nggak??”
Nina : “ngomong aja”
Derris : “meskipun perkenalan kita belum terlalu lama, tapi saya kayak sudah mengenal kamu jauh sebelumnya”
Nina : “kamu bisa aja der..”
Derris : “beneran, saya serius.. saya sayang sama kamu nin”
Nina tersentak, dia masih tidak percaya kalau saat itu derris telah mengungkapkan perasaannya. Dan nina juga tidak tahu harus menjawab apa…
Derris : “saya nggak minta kamu untuk menjawabnya sekarang, dan saya juga mengambil sikap seperti ini karena saya tahu kamu sudah putus dengan kevin.”
Nina tidak menyangka kalau dia akan terjebak dengan perasaan yang tidak menentu seperti ini, di satu sisi sebenarnya dia masih cinta dengan kevin dan disisi yang lain dia juga merasa nyaman dengan derris.
--------
Donny : “vin, sebelumnya saya mo minta maaf. Sayalah menjadi penyebab kenapa nina, menjadi begini”
Kevin : “maksud kamu???”
Donny : “saat itu saya sempat merekam pembicaraan kamu dengan mika, dan rekaman itu yang saya perdengarkan sama nina”
Kevin : “jadi, masalah ini semuanya gara – gara kamu??? Sialan kamu don..”
Kevin tiba – tiba saja menerjang donny, mereka terlibat baku hantam yang begitu sengit. Dengan membabi buta kevin menyerang donny yang memang tidak melawan.
Setelah beberapa lama, tenaga mereka berdua terkuras abis. Kevin dan donny hanya terkapar diatas rumput tanah lapang.
Donny : “saya akan mencoba membantu kamu untuk menyelesaikan masalah ini.”
--------
Donny : “kevin mau ketemu sama kamu nin”
Nina : “dia mo apa lagi?? Dia belom puas nyakitin saya??”
Donny : “bukannya gitu nin, dia mo menjelaskan sesuatu sama kamu. Dan saya harap kamu mau menemui dia”
Nina : “maaf don, saya nggak perlu penjelasan dia lagi. Saya sudah tau kok, dia memang nggak pernah cinta sama saya”
Nina langsung berdiri dan beranjak meninggalkan donny, sementara donny pun tidak kuasa untuk menahan nina.
Donny keluar menemui kevin yang berdiri didepan rumah nina.
Donny : “sebaiknya kamu pulang aja vin, nina masih belum mau menemui kamu. Kita tunggu aja sampai semuanya tenang”
Kevin tidak bergeming, dia terus memandang kearah jendela kamar nina. Kevin begitu keras hati untuk menunggu nina menemuinya.
Berjam – jam kevin berdiri, hanya untuk menanti maaf dari nina.
Sesekali nina memandang keluar rumah, melihat kevin yang terus berdiri dan memandang kerarah jendela kamarnya.
Tiba – tiba saja langit mengelegar, dan hujan pun mulai turun. Tapi semua itu tidak membuat niat kevin ciut untuk terus menantikan nina.
Nina kembali melihat kevin yang basah kuyup karena hujan – hujanan.
Hampir 5 jam kevin beridiri didepan rumah nina, hal itu membuat nina merasa iba. Dari apa yang dilakukan kevin, nina menyadari kalau cinta kevin kepadanya begitu besar.
Nina langsung berinisiatif mengirimkan sms pada derris untuk menjawab apa yang pernah ditanyakannya “maaf der, saya tidak bisa menerima cintamu. Saya sadar kalau selama ini saya sangat mencintai kevin. Jadi sekali lagi maaf, saya tidak bisa menerima kamu”.
Setelah itu dengan memegang payung, nina dating menghampiri kevin yang mematung ditengah derunya hujan. Dia langsung memeluk tubuh kevin.
Kevin yang berjam – jam berdiri ditempat itu langsung sempoyongan, tubuhnya sangat lemah.
Nina mencoba untuk memapahnya.
Kevin : “nin, maafkan saya. Selama ini saya sudah menyia – nyiakan kamu. Saya sangat mencintaimu nin”
Nina hanya menangis melihat kondisi kevin yang begitu lemah.
Kevin : “maafkan saya yah nin”
Nina hanya mengangguk.
Dengan perlahan nina memapah kevin masuk kerumahnya. Sementara kevin juga merasa sangat bahagia kalau ternyata nina sudah mau menerima permintaan maafnya. Dan tetap menerimanya, meskipun selahnya begitu besar..
Besarnya cinta yang dimiliki kevin, ternyata mampu meluluhkan keangkuhan nina…

BUKU HARIAN NILAM

Vino : “ta, oper bolanya kesini dong”
Vino teriak di tengah lapangan meminta deta untuk melemparkan bola basket yang menggelinding ke pagar lapangan.
Dengan sekuat tenaga, deta mengarahkan lemparannya ke vino.
Vino : “thx yah ta..”
Deta hanya tersenyum..
Dibawah sinar matahri yang terik, deta kembali berlari kegedung fakultas sospol. Dia buru – buru masuk ke toilet..
Untuk menghilangkan gerah, deta mencoba membasuh wajahnya diwastafel. Sembari terus memperhatikan wajahnya, tiba – tiba lampu ditoilet meredup. Deta tersentak kaget, dia mundur beberapa langkah. Mencoba memastikan kalau tidak terjadi apa – apa diruangan itu.
Sesaat kemudian tiba – tiba saja deta merasa menginjak sesuatu, ternyata sebuah buku merah dengan ikatan pita berwarna putih.
Deta : “ini buku siapa?? Kok disini??”
Deta meraihnya, dan kemudian meletakannya diwastafel. Dia mencoba mengacuhkan buku itu, dan keluar dari toilet. Saat berada di pintu toilet dia kembali terdiam, keinginannya untuk mengambil buku itu sangat besar. Karna penasaran, dia memutuskan untuk membawa buku itu.

(jeda sound)
Yuni : “kamu kenapa sih ta??? Sakit yah??? Dari tadi diam aja??? Ato lagi ada masalah???”
Deta hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan yuni.
Vino : “iya neh, g biasanya. Perasaankan kamu paling cerewet, apalagi klo soal makanan. Lagi diet yah??”
Lagi – lagi deta hanya diam tak bergeming, dengan raut wajah yang datar. Sementara vino terus mengunyah makanan favoritnya.
Vino : “itu buku apa ta?? Kamu nulis diary?? G kebayang yah, ternyata cewek tomboy kayak kamu bisa nulis dairy juga”
Deta buru – buru menyimpan kembali buku itu kedalam tasnya, dan kemudian beranjak pergi meninggalkan temannya.
Vino dan yuni saling berpandangan melihat sikap aneh sahabatnya itu.
Vino : “deta kenapa sih??”
Yuni : “tau deh, Tanya aja sendiri keorangnya”
Karena tidak mau pusing, vino kembali melanjutkan makannya.

(jeda sound)
Deta membuka lembaran buku merah itu, dibelakang sampulnya tertulis nama seorang gadis bernama “NILAM”. Deta kembali memperhatikan setiap foto yang ada dibuku itu.
Deta : “ternyata ini buku harian nilam, tapi nilam itu sapa yah??” (dalam hati)
Di foto – foto itu, deta melihat gambar 1 cewek dan 2 pria. Mereka tampak sangat akrab, dan sangat menikmati kebersamaan mereka. Dari ke-3 orang yang ada difoto itu, deta mengenali salah satunya. Dia adalah maki, senior dan anggota mapala dikampusnya.
Deta : “apa mungkin nilam itu mantanya k’maki?? Trus cowok yang satunya lagi sapa??”
Ribuan pertanyaan hadir dibenak deta saat membuka buku harian itu, banyak hal yang tidak terduga yang didapatkannya. Termasuk tentang kehidupan maki yang selama ini tertutup.
Saat membuka halaman terakhir perhatian deta tertuju pada sebuah tulisan.
Jakarta, 5 juli 2001.
Ternyata untuk mempertahankan semuanya, butuh banyak waktu dan tenaga. Tapi saya tidak akan ku relakan semuanya begitu saja..
Tulisan itu singkat, dan membuat dita mencoba berfikir untuk mengartikan maksud dari kalimatnya.

(jeda sound)
Dengan langkah santai, deta menyusuri koridor gedung fakultas sospol. Suasana sore itu agak sepi, dan hanya deta yang berada dilantai 2. Saat meletakan berkas – berkasnya diatas meja yang berada diujung koridor, tanpa sengaja dia menyenggol gelas plastik yang berisi cairan dan mengenai pakaiannya. Buru – buru deta menuju toilet untuk membersihkan cipratan air kotor itu.
Saat berusaha menghilangkan noda dibajunya, deta menyadari kalau ada sesuatu yang leawat dibelakangnya. Bulu kuduknya berdiri. Dengan ketakutan, deta mencoba memastikan sekitarnya tidak terjadi apa – apa. Tiba – tiba lampu ditoilet itu padam, dan spontan deta berteriak.
Deta langsung bersembunyi dibilik – bilik yang ada di tolilet, dan lampu pun kembali menyala.
Dalam hitungan detik, semua pintu bilik yang ada ditoilet mendadak terbuka.
Hantu : “kembalikan buku harianku….”
Deta : “tidak… jangan ganggu saya….”
Hantu : “kembalikan buku harianku…”
Deta : “tidak…. Arrhhhhhhhhhhhhhhhhhhghggggggggggggg…….”
Tubuh deta terjatuh dilantai, dan tidak sadarkan diri.

(jeda sound)
Maki : “keadaan kamu gimana ta??”
Vino : “iya ta, tadi kamu pingsan ditoilet. Apa yang terjadi sama kamu ta??”
Yuni : “sudah, kalian jangan mengganggu deta dulu. Keadaanya masih lemah”
Deta memperhatikan setiap orang yang ada diruangan itu, dia seolah mencari sesuatu.
Maki : “sebaiknya kamu istirahat dulu ta”
Deta kembali menutup matanya, dan mencoba mengingat kejadian yang dialaminya tadi.

(jeda sound)
Hantu : “maki… maki…..”
Maki menoleh kebelakangnya, dia mencoba mencari suara yang sedari tadi memanggilnya.
Hantu : “tolong saya maki…. Jangan tinggalkan saya…”
Maki semakin penasaran, tapi dia juga merasa mengenali suara itu.
Angin tiba – tiba berhembus kencang, dan maki hanya mematung berdiri dikoridor depan aula kampusnya.
Maki : “kamu siapa?? Apa mau kamu??”
Hantu : “jangan tinggalkan saya maki…”
Maki melihat sekelabat yang mengitarinya, dan menhilang diatas danau yang tepat berada disamping kampusnya.
Maki kembali berlari kearah gedung rektorat untuk memastikan temannya baik – baik saja.
Maki : “kalian baik – baik aja”
Vino : “emang ada apa ki?”
Maki : “sebaiknya kita bawa deta pulang”
Yuni dan vino hanya mengangguk mengiyakannya.
Dengan dibantu yuni, deta bangkit dari tidurnya. Kemudian dia mendekati maki dan menyerahkan buku merah yang ditemukannya.

(jeda sound)
Deta terus mencoba mencari maki yang setelah kejadian itu seolah menghindarinya, dia juga mencoba menghunungi maki lewat ponselnya. Hasilnya sama saja, handphone maki juga tidak pernah aktif.
saat berada diparkiran kampus, tiba – tiba saja maki mendekatinya.
Maki : “kita bisa bicara 4 mata??”
deta : “dimana?”
maki : “kamu ikut aja”
deta mengikuti maki yang berjalan memasuki gedung lab. Fakultas teknik, mereka menuju atap bangunan itu.
Maki : “dimana kamu menemukan buku ini”
Deta : “saya dapat di toilet fakultas sospol kak”
Maki : “saya nggak tahu harus mulai dari mana, yang jelas semua itu kesalahan saya. Dan karena saya nilam akhirnya harus…”
Kalimat maki terpotong.

Deta : “nilam itu siapa kak??”
Maki : “nilam adalah wanita yang sangat saya cintai”
Deta : “terus apa yang terjadi sama dia??”
Maki : “nilam ditemukan meninggal jatuh dari gedung ini”
Mereka berdua kembali terdiam.
Maki : “saat itu keluarga saya tidak menyetuji hubungan kami, dan nilam tidak terima diperlakukan seperti itu. Dia memaksa untuk tetap bertahan dengan hubungan ini”
Deta : “trus..”
Maki : “kami bertengkar hebat ditempat ini, dan saya mengatakan kalau saya dan dia lebih baik putus. Saat itu hujan deras, dan karena tidak tahan melihatnya menangis saya meninggalkannya sendiri disini. ”
Tiba – tiba saja langit berubah menjadi mendung, dan kilat menggelegar, Tiupan angin yang begitu kencang seolah akan menerbangkan mereka berdua. Dari balik tumpukan barang yang terletak disudut tiba – tiba muncul sosok perempuan yang tidak begitu jelas mendekati maki..
Hantu : “jangan tinggalkan saya maki…. Saya butuh kamu…”
Petir terus menggelegar, sementara maki tidak lagi menghiraukan deta yang berdiri tak jauh darinya. Pandangan maki terus tertuju pada sosok perempuan itu.
Hantu : “mendekatlah maki, jangan tinggalkan saya lagi”
Deta berteriak ditengah deru hujan.
Deta : “k’maki jangan..”
Maki terus berjalan mendekati perempuan itu, yuni dan vino juga melihat langsung pemandangan itu.
Hantu : “mendekatlah maki..”
Kondisi mereka semua basah kuyup.
Tanpa disadarinya, maki telah berdiri dipinggir gedung.
Vino : “maki… awas, kamu akan jatuh..”
Deta : “k’maki jangan..”
Dalam hitungan detik tubuh maki menghilang dan jatuh ditempat dimana gadis yang dicintainya pernah bunuh diri.
Deta, vino dan yuni tidak bisa berbuat apa – apa untuk menahan maki, tapi deta yakin kalau nilam lah yang menggiring maki sampai berada dipinggir gedung dan akhirnya jatuh.
Buku harian nilam juga tiba – tiba saja hancur, ternyata selama ini jiwanya tersimpan dalam buku harian itu. dia menantikan maki untuk menyentuhnya untuk bisa kembali mendapatkan sosok maki.