Vino : “ta, oper bolanya kesini dong”
Vino teriak di tengah lapangan meminta deta untuk melemparkan bola basket yang menggelinding ke pagar lapangan.
Dengan sekuat tenaga, deta mengarahkan lemparannya ke vino.
Vino : “thx yah ta..”
Deta hanya tersenyum..
Dibawah sinar matahri yang terik, deta kembali berlari kegedung fakultas sospol. Dia buru – buru masuk ke toilet..
Untuk menghilangkan gerah, deta mencoba membasuh wajahnya diwastafel. Sembari terus memperhatikan wajahnya, tiba – tiba lampu ditoilet meredup. Deta tersentak kaget, dia mundur beberapa langkah. Mencoba memastikan kalau tidak terjadi apa – apa diruangan itu.
Sesaat kemudian tiba – tiba saja deta merasa menginjak sesuatu, ternyata sebuah buku merah dengan ikatan pita berwarna putih.
Deta : “ini buku siapa?? Kok disini??”
Deta meraihnya, dan kemudian meletakannya diwastafel. Dia mencoba mengacuhkan buku itu, dan keluar dari toilet. Saat berada di pintu toilet dia kembali terdiam, keinginannya untuk mengambil buku itu sangat besar. Karna penasaran, dia memutuskan untuk membawa buku itu.
(jeda sound)
Yuni : “kamu kenapa sih ta??? Sakit yah??? Dari tadi diam aja??? Ato lagi ada masalah???”
Deta hanya menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan yuni.
Vino : “iya neh, g biasanya. Perasaankan kamu paling cerewet, apalagi klo soal makanan. Lagi diet yah??”
Lagi – lagi deta hanya diam tak bergeming, dengan raut wajah yang datar. Sementara vino terus mengunyah makanan favoritnya.
Vino : “itu buku apa ta?? Kamu nulis diary?? G kebayang yah, ternyata cewek tomboy kayak kamu bisa nulis dairy juga”
Deta buru – buru menyimpan kembali buku itu kedalam tasnya, dan kemudian beranjak pergi meninggalkan temannya.
Vino dan yuni saling berpandangan melihat sikap aneh sahabatnya itu.
Vino : “deta kenapa sih??”
Yuni : “tau deh, Tanya aja sendiri keorangnya”
Karena tidak mau pusing, vino kembali melanjutkan makannya.
(jeda sound)
Deta membuka lembaran buku merah itu, dibelakang sampulnya tertulis nama seorang gadis bernama “NILAM”. Deta kembali memperhatikan setiap foto yang ada dibuku itu.
Deta : “ternyata ini buku harian nilam, tapi nilam itu sapa yah??” (dalam hati)
Di foto – foto itu, deta melihat gambar 1 cewek dan 2 pria. Mereka tampak sangat akrab, dan sangat menikmati kebersamaan mereka. Dari ke-3 orang yang ada difoto itu, deta mengenali salah satunya. Dia adalah maki, senior dan anggota mapala dikampusnya.
Deta : “apa mungkin nilam itu mantanya k’maki?? Trus cowok yang satunya lagi sapa??”
Ribuan pertanyaan hadir dibenak deta saat membuka buku harian itu, banyak hal yang tidak terduga yang didapatkannya. Termasuk tentang kehidupan maki yang selama ini tertutup.
Saat membuka halaman terakhir perhatian deta tertuju pada sebuah tulisan.
Jakarta, 5 juli 2001.
Ternyata untuk mempertahankan semuanya, butuh banyak waktu dan tenaga. Tapi saya tidak akan ku relakan semuanya begitu saja..
Tulisan itu singkat, dan membuat dita mencoba berfikir untuk mengartikan maksud dari kalimatnya.
(jeda sound)
Dengan langkah santai, deta menyusuri koridor gedung fakultas sospol. Suasana sore itu agak sepi, dan hanya deta yang berada dilantai 2. Saat meletakan berkas – berkasnya diatas meja yang berada diujung koridor, tanpa sengaja dia menyenggol gelas plastik yang berisi cairan dan mengenai pakaiannya. Buru – buru deta menuju toilet untuk membersihkan cipratan air kotor itu.
Saat berusaha menghilangkan noda dibajunya, deta menyadari kalau ada sesuatu yang leawat dibelakangnya. Bulu kuduknya berdiri. Dengan ketakutan, deta mencoba memastikan sekitarnya tidak terjadi apa – apa. Tiba – tiba lampu ditoilet itu padam, dan spontan deta berteriak.
Deta langsung bersembunyi dibilik – bilik yang ada di tolilet, dan lampu pun kembali menyala.
Dalam hitungan detik, semua pintu bilik yang ada ditoilet mendadak terbuka.
Hantu : “kembalikan buku harianku….”
Deta : “tidak… jangan ganggu saya….”
Hantu : “kembalikan buku harianku…”
Deta : “tidak…. Arrhhhhhhhhhhhhhhhhhhghggggggggggggg…….”
Tubuh deta terjatuh dilantai, dan tidak sadarkan diri.
(jeda sound)
Maki : “keadaan kamu gimana ta??”
Vino : “iya ta, tadi kamu pingsan ditoilet. Apa yang terjadi sama kamu ta??”
Yuni : “sudah, kalian jangan mengganggu deta dulu. Keadaanya masih lemah”
Deta memperhatikan setiap orang yang ada diruangan itu, dia seolah mencari sesuatu.
Maki : “sebaiknya kamu istirahat dulu ta”
Deta kembali menutup matanya, dan mencoba mengingat kejadian yang dialaminya tadi.
(jeda sound)
Hantu : “maki… maki…..”
Maki menoleh kebelakangnya, dia mencoba mencari suara yang sedari tadi memanggilnya.
Hantu : “tolong saya maki…. Jangan tinggalkan saya…”
Maki semakin penasaran, tapi dia juga merasa mengenali suara itu.
Angin tiba – tiba berhembus kencang, dan maki hanya mematung berdiri dikoridor depan aula kampusnya.
Maki : “kamu siapa?? Apa mau kamu??”
Hantu : “jangan tinggalkan saya maki…”
Maki melihat sekelabat yang mengitarinya, dan menhilang diatas danau yang tepat berada disamping kampusnya.
Maki kembali berlari kearah gedung rektorat untuk memastikan temannya baik – baik saja.
Maki : “kalian baik – baik aja”
Vino : “emang ada apa ki?”
Maki : “sebaiknya kita bawa deta pulang”
Yuni dan vino hanya mengangguk mengiyakannya.
Dengan dibantu yuni, deta bangkit dari tidurnya. Kemudian dia mendekati maki dan menyerahkan buku merah yang ditemukannya.
(jeda sound)
Deta terus mencoba mencari maki yang setelah kejadian itu seolah menghindarinya, dia juga mencoba menghunungi maki lewat ponselnya. Hasilnya sama saja, handphone maki juga tidak pernah aktif.
saat berada diparkiran kampus, tiba – tiba saja maki mendekatinya.
Maki : “kita bisa bicara 4 mata??”
deta : “dimana?”
maki : “kamu ikut aja”
deta mengikuti maki yang berjalan memasuki gedung lab. Fakultas teknik, mereka menuju atap bangunan itu.
Maki : “dimana kamu menemukan buku ini”
Deta : “saya dapat di toilet fakultas sospol kak”
Maki : “saya nggak tahu harus mulai dari mana, yang jelas semua itu kesalahan saya. Dan karena saya nilam akhirnya harus…”
Kalimat maki terpotong.
Deta : “nilam itu siapa kak??”
Maki : “nilam adalah wanita yang sangat saya cintai”
Deta : “terus apa yang terjadi sama dia??”
Maki : “nilam ditemukan meninggal jatuh dari gedung ini”
Mereka berdua kembali terdiam.
Maki : “saat itu keluarga saya tidak menyetuji hubungan kami, dan nilam tidak terima diperlakukan seperti itu. Dia memaksa untuk tetap bertahan dengan hubungan ini”
Deta : “trus..”
Maki : “kami bertengkar hebat ditempat ini, dan saya mengatakan kalau saya dan dia lebih baik putus. Saat itu hujan deras, dan karena tidak tahan melihatnya menangis saya meninggalkannya sendiri disini. ”
Tiba – tiba saja langit berubah menjadi mendung, dan kilat menggelegar, Tiupan angin yang begitu kencang seolah akan menerbangkan mereka berdua. Dari balik tumpukan barang yang terletak disudut tiba – tiba muncul sosok perempuan yang tidak begitu jelas mendekati maki..
Hantu : “jangan tinggalkan saya maki…. Saya butuh kamu…”
Petir terus menggelegar, sementara maki tidak lagi menghiraukan deta yang berdiri tak jauh darinya. Pandangan maki terus tertuju pada sosok perempuan itu.
Hantu : “mendekatlah maki, jangan tinggalkan saya lagi”
Deta berteriak ditengah deru hujan.
Deta : “k’maki jangan..”
Maki terus berjalan mendekati perempuan itu, yuni dan vino juga melihat langsung pemandangan itu.
Hantu : “mendekatlah maki..”
Kondisi mereka semua basah kuyup.
Tanpa disadarinya, maki telah berdiri dipinggir gedung.
Vino : “maki… awas, kamu akan jatuh..”
Deta : “k’maki jangan..”
Dalam hitungan detik tubuh maki menghilang dan jatuh ditempat dimana gadis yang dicintainya pernah bunuh diri.
Deta, vino dan yuni tidak bisa berbuat apa – apa untuk menahan maki, tapi deta yakin kalau nilam lah yang menggiring maki sampai berada dipinggir gedung dan akhirnya jatuh.
Buku harian nilam juga tiba – tiba saja hancur, ternyata selama ini jiwanya tersimpan dalam buku harian itu. dia menantikan maki untuk menyentuhnya untuk bisa kembali mendapatkan sosok maki.
Selasa, 25 Mei 2010
BUKU HARIAN NILAM
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar