Wingky : “kalo nggak salah, terakhir kali kita ketemu sama puang indo kan 2 tahun yang lalu. Itu juga pas lebaran”
Deno : “kira – kira kondisi disana, gimana yah??”
Wingky : “paling juga nggak banyak yang berubah, ya nggak rie??”
Indrie : “iya juga sih, kampungnya puang indo kan terpencil banget. Lagian kan nggak mungkin disana tiba – tiba dibangun mall atau hotel”
Indrie cengengesan sembari kembali menghabiskan cemilannya dengan kalap.
Mobil yang mereka tumpangi terus melaju melewati kawasan hutan bawakaraeng, wingky dan indrie sudah tampak kelelahan setelah menempuh perjalanan yang hampir seharian. Sementara deno terus focus dengan jalan yang dilaluinya.
Indrie : “masih jauh yah mas? Udah pegel neh duduk mulu”
Deno : “udah kamu tidur aja, ntar kalo udah sampe saya bangunin deh”
Indrie kembali menenggelamkan kepalanya dibantal kesayangan yang dibawanya, sementara wingky sudah terlelap dari tadi.
Saat melewati jembatan dekat gerbang perbatasan kabupaten, tiba – tiba saja deno menghentikan mobilnya secara mendadak. Yang membuat wingky dan indrie sentak terbangun.
Wingky : “ada apa mas??”
Indrie : “ada apasih?? Kok ngerem tiba – tiba?? Ngagetin indrie aja..”
Deno : “tadi saya hampir menabrak kucing yang melintas dijalan..”
Jantung deno berdegup kencang, dia juga bingung kenapa tiba – tiba merasa takut akan sesuatu.
Wingky : “kucing toh??? Mas deno pelan – pelan aja bawa mobilnya..”
Wingky dan indrie kembali merebahkan diri, dan mencoba untuk terlelap.
Deno masih penasaran dengan apa yang dilihatnya barusan, dia bukan hampir menabrak kucing tapi dia melihat sesuatu yang melintas depan mobil. Sesuatu yang berwarna putih kusam, melayang diantara pepohonan rimbun.
Deno mencoba menenangkan diri, dan kembali fokus.
Setelah melewati sisi tebing, deno membelokan mobilnya memasuki kampung sallo tenga. Dan beberapa lama kemudian, mereka pun tiba didepan rumah panggung dengan arsitektur kuno.
(jeda sound)
Puang indo : “kalian sarapan dulu nak..”
Indrie : “puang indo, indrie masih ngantuk…”
Puang indo : “anakku sayang, nggak boleh gitu. Pamali anak cewek bangun siang – siang, nanti jodohnya malah jauh loh”
Deno : “iya tuh puang indo, masa anak permpuan kerjanya bangun siang mulu. Cowok juga bakan ill fel deketin dia”
Indri : “yee.. sapa bilang, banyak kok yang ngantri mo jadi pacar saya. Saya aja yang jual mahal..”
Deno dan wingky tertawa kecil mendengar kata – kata adik bungsunya itu.
Wingky : “jual mahal dari hongkong?? Belekan kali tuh cowok..”
Indri dengan spontan melempar wingky dengan roti yang dipegangnya.
Puang indo : “sudah, kalian jangan berantem terus. Sebaiknya kalian siap – siap deh, kita semua mau ziarah ke makam puang datu’”
(jeda sound)
Saat berada dikompleks pemakaman keluarganya, tidak sengaja deno melihat sosok perempuan yang berada persis dibawah pohon beringin. Perempuan itu terus menatap kearah deno, sementara deno juga berusaha mencuri pandang untuk melihat perempuan itu dengan seksama.
Puang indo : “kamu kenapa deno?? Dari tadi puang indo perhatikan kamu kayak melihat sesuatu”
Deno agak ragu untuk menguingkapkannya.
Deno : “hhmm.. tadi.. ehhh… saya melihat seseorang di pemakaman??”
Puang indo : “seseorang??”
Deno : “seorang perempuan, yang td berdiri dibawah pohon beringin”
Puang indo : “kamu yakin melihat perempuan disana??”
Deno : “emangnya dia siapa??
Puang indo : “kalau kamu ketemu dia lagi sebaiknya jangan digubris”
Deno : “emangnya dia itu siapa indo puang??”
Puang indo : “pokoknya kamu jangan bertemu dengan dia lagi”
Puang indo langsung bangkit dan meninggalkan deno yang masih penuh tanya tentang perempuan yang dilihatnya itu.
(jeda sound)
Wingky : “kamu mau kemana den??”
Deno : “jalan – jalan ketempatnya puang unti, bosen dirumah terus”
Wingky : “tapi ini kan sudah malam, kamu nggak takut apa jalan sendirian? Lagian kamu tahu sendiri kan, kampung ini angker banget”
Deno tidak menggubris teguran wingky, dia memutuskan untuk tetap menjalankan niatnya.
Deno menuruni anak tangga, dan kemudian berjalan di jalan setapak yang menghubungkan rumah puang indo dan puang unti. Sesekali deno melirik kearah rimbunan pohon bamboo yang berada disisi jalan, mencoba memastikan kalau disekitarnya tidak terjadi apa – apa.
Saat deno melewati jembatan kayu, tiba – tiba saja dia melihat sekelebat yang melintas diatasnya disertai aroma kemenyan yang begitu menyengat. Suasana yang tadinya hening, tiba – tiba berubah menjadi bergemuruh.
Deno hanya diam ditempatnya, rasa takut pun mulai merasuk kedalam dirinya. lampu jalan yang menerangi jalan setapak itu, seketika padam semua.
Perempuan : “deno…” (efek setan)
Suara perempuan itu seolah menghipnotis deno, dan melenyapkan kesadarannya. Entah dari mana, perempuan itu langsung berada dibelakang deno.
Perempuan : “ikutlah denganku deno” (efek setan)
Deno berjalan mengikuti perempuan itu, dalam pandangannya deno melihat keramaian. Tempat yang tadinya dipenuhi pepohonan dan rimbunan batang bamboo, berubah menjadi tanah lapang yang dipenuhi orang – orang.
Deno terus saja berjalan dengan dibimbing perempuan itu.
(jeda sound)
Puang indo : “kamu sudah telpon puang unti nak?”
Wingky : “tadi saya sudah telpon, kata puang unti deno nggak pernah kesana”
Puan indo semakin cemas dengan keberadaan cucunya itu, dia takut terjadi apa – apa pada.
Puang indo : “panggil andi dan indri, kita harus kerumahnya puang unti untuk memastikan keadaan deno”
Wingky : “memangnya ada sih puang indo”
Puang indo tidak menjawab pertanyaan wingky, lidahnya terasa kaku untuk menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi.
Puang indo : “cepat kamu panggil andi dan indri”
(jeda sound)
Perempuan : “mendekatlah padaku deno” (efek setan)
Deno berjalan mendekati perempuan itu, kemudian duduk disebelahnya.
Perempauan : “kamu harus menyatu dengan diriku” (efek setan)
Tanpa deno sadari ternyata ditempat itu sedang terjadi sebuah pelaksanaan ritual hitam, dan deno menjadi tumbalnya.
Jiwa deno harus bersatu dengan jiwa perempuan mistrius yang sudah menghipnotisnya itu.
Perempuan : “kamu harus menikah dengan ku”
Deno hanya mengangguk mengiyakannya.
Sekejab saja, pakaian deno berubah menjadi balutan kain kuning dengan corak yang mengkilat. Sementara perempuan itu mengenakan pakaian yang sama melekat ditubuh deno.
Deno dan perempuan itu duduk disebuah pelaminan yang berada lebih tinggi dari posisi orang – orang yang ada ditempat itu.
Bunyi – bunyian alat musik kuno mengalun memekak telinga, menambah keriuhan ditempat itu.
(jeda sound)
Puang indo : “cepat nak, kita harus cepat - cepat menemukan deno”
Puang indo, wingky, indri, dan andi berjalan menuju kerumah puang unti untuk memastikan keberadaan dino.
Saat tiba disana, puang unti mengatakan kalau dia juga tidak pernah melihat dino sampai dirumahnya.
Indri : “dino kenapa sih ky?? Dia hilang??”
Wingky : “nggak tahu juga tuh, soalnya puang indo juga nggak mau ngasih tahu”
Indri dan wingky kembali terdiam, sementara puang indo dan puang unti berfikir keras untuk mencari tahu keberadaan dino.
Setelah beberapa lama, akhirnya puang indo memutuskan untuk mencari dino di tanah panjang.
(jeda sound)
Saat perempuan itu mengangkat lengan dino untuk menandakan penyatuan jiwa mereka, tiba – tiba saja melemparkan tongkat yang selama ini digunakannya kearah perempaun itu.
Puang indo : “hentikan…..”
Gemuruh suara musik dan orang – orang yang ada ditempat itu tiba – tiba terdiam, puang indo mencoba menghentikan ritual itu.
Dino : “apa yang kau lakukan ditempat ini nenek tua?? Pergi, jangan ganggu kami disini”
Puang indo : “lepaskan cucu saya”
Dino : “tidak, dia harus membayar dendam kesumatku. Dia harus menjadi tumbal untukku”
Puang indo : “jangan pernah menggangu garis keturunan saya, anak itu tidak bersalah apa – apa”
Dino : “dia sudah menjadi milikku nenek tua..”
Sesuatu merusuk kedalam diri deno, dia seolah menjadi rupa yang lain. Deno menjadi semakin beringas, dengan wajah yang penuh amarah. Perempuan itu seolah mengendalikan gerak gerik dino.
Puang indo mengeluarkan sebilah keris berwarna emas dari lipatan kain yang diikat dipinggulnya.
Dino : “pergiiiiiii, atau kau akan binasa”
Puang indo : “rasakan keris ini”
Puang indo menusukkan keris yang dibawanya ditanah, yang ternyata adalah sebuah kuburan.
Tiba – tiba saja dentumah keras menggelegar, dan membuat tubuh dino terlempar. Semua orang – orang yang ada di tempat itu berteriak histeris, termasuk perempuan yang tadi mengendalikan dino.
Kilat menyambar dengan ganas, dan menghancur leburkan tampta itu.
Puang indo, wingky, indri, andy dan puang unti berlari menyelamatkan dino yang terkapar tanpa daya.
Dalam hitungan detik, tempat itu kembali hening. Tanah lapang yang tadinya ramai dengan gemuruh, berubah kembali menjadi hutan kecil dengan rimbunan pohon – pohon.
Hanya seuiara jangkrik yang sesekali berbunyi diantara mereka.
Puang indo : “kita harus membawa dino kerumah”
(jeda sound)
Keesokan harinya…
Wingky : “apa sebenarnya yang terjadi tadi malam puang indo??”
Puang indo mengunyah daun sirihnya, dan kemudian menjelaskannya pada cucunya tentang kejadian semalam.
Puang indo : “semua ini bermula dari puang datu yang pernah menghukum seseorang yang memiliki ilmu parakang yang kemudian menghilang dari kampung, awalnya kami mengira orang itu telah meninggal. Ternyata dia masih hidup dan menuntut balas, setelah puang datu meninggal orang itu muncul dengan ilmunya yang lebih sakti dan meminta korban dari garis keturunan keluarga kita”
Indri : “dan korbannya adalah deno??”
Puang indo : “iya benar, itu sebabnya puang indo selalu melarang kalian datang kekampung ini. Puang indo takut kalau itu akan benar – benar terjadi”
Indri : “trus, apakah orang itu tidak akan menggangu keluarga kita lagi puang indo??”
Puang indo : “semoga saja tidak.. kalian sebaiknya pulang kembali kekota, puang indo takut terjadi apa – apa sama kalian”
Indri, wingky, dan deno hanya terdiam, puang indo memberikan mereka lipatan kain hitam sebagai jimat untuk menjauhkan mereka dari gangguan orang itu.