By. Reno Raditya
Nadia : “mo nikamtin bagaimana??? Yang jelas saya nggak bisa ngapa – ngapain”
Indra : “yah kamu nad, nyante aja kali. Lagian juga orang tua kamu nggak tau kan??”
Nadia : “tapi kan saya harus menjaga kepercayaan mereka ndra?? Kalo saya neko – neko, trus mereka tau?? Gimana dong?? Saya sendiri kan yang susah??”
Indra : “hello… ini bukan jaman siti nurbaya lagi kali”
Nadia : “iya, saya tau kok. tapi kan janji tetap janji, harus saya tepatin”
Indra : “kalo gitu mah nggak seru kali nad”
Nadia : “kamu kan tau sendiri, untuk bisa kuliah dibandung saya harus barter dengan kemauan nyokap. Saya nyelesein kuliah, abis itu saya harus rela dijodohin sama orang asing yang saya sendiri nggak tahu dia gimana”
Indra : “kamu itu, ibarat beli kucing dalam karung. Mau aja dijodohin??”
Nadia : “yah mo gimana lagi, biar bagaimana pun saya juga bakalan tetap di pingit. Mending juga gini”
Nadia memandang keluar jendela kereta api, tatapannya yang kosong seoalh membuatnya ikut terbang kedunia entah berantah. Sementara indra masih terus menikmati snack yang dibawanya, yang memang dipersiapkannya sebelum berangkat.
Indra : “nad… nad… nadia…”
Nadia tersentak saat indra menepuk bahunya.
Indra : “kamu ngelamun yah?? Pagi – pagi udah mikir yang aneh – aneh. Pamali tahu??”
Nadia hanya tersenyum kecil, sembari kembali mencoba menikmati perjalanannya.
Indra : “nad… nadia.. kamu masih idup kan??”
Nadia : “iya, kenapa sih??”
Indra : “kamu udah pernah liat cowok yang dijodoohkan sama kamu itu??”
Nadia : “penting yah saya jawab”
Indra : “ya iyalah, secarakan dia bakalan hidup sama kamu selamanya. Itu juga kalo nggak cerai”
Nadia diam sesaat, mencoba mengingat raut wajah cowok yang dijodohkan dengannya itu.
Nadia : “pernah, tapi cumin sekali sih. Itu juga pas kita berdua baru lulus smu, waktu orang tua saya ngasih penrjanjian konyol ini.”
Indra : “orangnya giman?? Cakep?? Tajir nggak?? Bisa dibawa arisan??”
Nadia : “yah mana saya tahu, yang jelas waktu saya liat orangnya lumayan dekil. Nggak keurus, selengeean. Pokoknya bentuknya nggak banget deh”
Indra : “trus kenapa kamu terima?”
Nadia : “gimana nggak coba?? Kalo misalnya saya nolak, saya bakalan cumin tinggal dirumah, dipingit, dikuliahin dimakassar, nggak bisa kemana – mana, trus ujung – ujung sama aja, saya bakalan tetap dijodohin. Ngerti??”
Indra : “tragis!!!!! Parah yah keluarga kamu..”
Indra tidak pernah abis pikir ttg keluarga nadia, meskipun tinggal dikota besa dengan kehidupan yang lumayan modern tetap saja masih menganut perjodohan jaman siti nurbaya..
Beberapa saat kemudian kereta api yang merenga tumpangi tiba distasiun kota Jogjakarta. Indra dan nadia membawa barang bawaan mereka, sembari mencari pak salim yang akan menjemput mereka.
---------------------------------------------------------------------------------------
Mama : “liburannya gimana nad??”
Nadia : “asik kok mah, meskipun rada – rada melelahkan juga. Yang jelas nadia sama indra bisa seneng – seneng disini”
Mama : “trus kapan kamu berangkat kesurabaya?”
nadia : “kayakx lusa mah, soalnya belum puas menikmati suasana kota jogja. Lagian nadia juga belum beli oleh – oleh”
Mama : “kamu hati – hati yah disana, jaga diri. Mama cuman takut aja terjadi apa sama kamu, dan ingat kamu haruss balik kemakassar sebelum tanggal 31 nanti.”
Nadia : “iya mah, nadia ngerti”
Mama : “tapi ngomong – ngomong anak om fian si ariel ada dijogja juga loh nad”
Nadia : “trus?”
Mama : “yah, kali aja kamu berminat ketemu sama dia.”
Nadia : “nggak ah mah, lagian dimakassar juga bakalan ketemu kan??”
Mama : “yah udah kalau gitu, kamu ingat pesan mama. Hati – hati dijalan, dan jangan lupa jaga diri. Trus kalau udah nyampe disurabaya kabarin mama”
Nadia : “iya mah..”
Nadia meletakkan ponselnya dimeja sampan tempat tidurnya, kepalanya agak berat. Kebimbangan mulai merasuk kedalam fikirannya, dia juga tidak habis fikir kenapa dia mau menuruti kemauan orang tuanya untuk dijodohkan?? Apa mungkin dia tidak pantas mencari jodoh sendiri??
---------------------------------------------------------------------------------------
Nadia : “eh, yang sopan dong. Yang mesan taxi ini duluan kan saya, kok maen nyerobot aja??”
Ariel : “maaf mbak, saya buru – buru soalnya. Kereta saya mo berangkat”
Nadia : “kamu pikir cuman kamu yang buru – buru apa?? Sama aja kali. Kereta saya juga mo berangkat”
Ariel : “mbak mo kestasiun kereta juga?”
Nadia hanya menggaguk menjawab pertanyaan cowok itu, mulutnya seakan tak bisa berkata saat memperhatikan wajah cowok itu.
Nadia : “ternyata ini orang cakep juga yah” (dalam hati)
Tanpa sanggahan sedikitpun, nadia masuk kedalam taksi bersama ariel dan duduk bersebelahan.
Nadia hanya diam, sementara cowok itu terus memperhatikan arloji dipergelangannya.
Tiba – tiba ponsel nadia bordering.
Indra : “nad, kamu dimana sih?? Ini udah jam berapa?? Keretanya udah mo berangkat tuh??”
Nadia : “saya lagi di taksi, menuju kesana”
Indra : “tapi kamu juga buruan datangnya, jangan sampe kita ketinggalan kereta lagi”
Nadia : “iya.. iya.. kamu tunggu aja”
Indra : “kamu kok bisik – bisik sih nad??”
Nadia : “pokoknya kamu tunggu aja”
Nadia mematikan telponnya, sementara indra kebingungan melihat sikap nadia seperti itu.
---------------------------------------------------------------------------------------
Indra : “itu sapa nad??”
Nadia : “orang stress kali, sudah cuekin aja”
Indra : “kok bisa satu taxi sama kamu??”
Nadia : “udah, nggak usah banyak Tanya”
Nadia menarik indra menuju gerbong kereta yang akan mereka tumpangi kesurabaya, sementara cowok yang tadinya se taxi dengan nadia malah mengekor dibelakang.
------------------------------------------------------------------------------------------
Nadia juga sebenarnya tidak mengerti, apakah itu sebuah kebetulan atau memang sudah direncanakan. Karena setelah sampai dibandara Surabaya pun dia selalu ketemu dengan cowok itu.
Nadia : “apa dia jodoh saya? Ah, nggak mungkin..” (dalam hati)
Awalnya nadia hanya bertanya – Tanya sendiri tentang semua kejadian itu, tapi karena rasa penasaran yang sudah memuncak akhirnya dia memberanikan diri untuk menanyakan langsung ke cowok itu.
Nadia : “maaf, boleh nanya sesuatu nggak?”
Cowok itu berbalik kea rah nadia.
Nadia : “bukannya geer, tapi sejak dari jogja sampai disini kamu kayak buntutin saya yah??”
Ariel : “maksud kamu?”
Nadia : “nggak, saya cuman mo mastiin aja. Jangan sampai kamu punya niat jelek sama saya”
Ariel : “kalo untuk yang satu itu kayaknya nggak, mungkin semuanya kebetulan aja”
Nadia : “ohhh… tapi bener kan kamu nggak berniat jahat sama saya??”
Ariel : “iya… nggak…”
Dengan rasa lega, nadia langsung nyelonong meninggalkan cowok itu. Sementara indra masih kebingungan dengan kejadian itu.
Ponsel nadia kembali berbunyi.
“mama sama papa lagi diperjalanan ke bandara untuk jemput kamu, bareng om fian juga mereka mo jemput ariel. Kalau sudah nyampe, sms mama yah”
Nadia kembali menyimpan ponselnya disaku.
---------------------------------------------------------------------------------------
Setelah terbang beberapa jam, akhirnya nadia dan indra tiba dibandara hasanuddin. Saat berada diruang kedatangan, tidak sengaja nadia melihat cowok itu lewat didekatnya.
Nadia : “tu cowok sebenarnya sapa sih??”
Indra : “tunangan kamu kali?? Bukannya nyokap kamu bilang dia mo dating??”
Nadia : “nggak mungkin, orangnya nggak sekeren itu”
Kali ini nadia hanya cuek, dia kembali meneruskan langkahnya menuju ke pintu utama ruang kedatangan.
nadia langsung melangkah kearah mama dan papanya yang berdiri tepat diruang kedatangan, lalu memeluk mereka.
Nadia juga menyalami om fian dan istrinya yang juga lagi menunggu anaknya diruang kedatangan.
Sebenarnya nadia penasaran dengan ariel, cowok yang bakalan dijodohkan sama dia.
Setelah beberapa menit, nadia melihat istri om fian mendekati cowok yang dikenalnya. Cowok yang dia kira membuntutinya selama di perjalanan.
Nadia : “kamu….. anaknya om fian?”
Ariel : “yah saya ariel, kamu nadia kan??”
Nadia hanya tersipu malu dengan perkenalan itu, ternyata cowok yang bersamanya selama perjalanan itu adalah cowok yang dijodohkan dengannya.
Mama nadia : “ternyata kalian sudah saling kenal yah??”
Ariel : “iya tante, pas dijalan nadia kira kalao saya membuntuti dia. Padahal kan saya cuman mo mastiin aja kalo dia tiba disini dengan selamat”
Nadia : “apa?? Ko kamu nggak bilang sih kalo kenal sama saya??”
Nadia langsung memukul pundak ariel berkali – kali karena rasa kesal, sebenarnya dia juga tidak menyangka perubahan ariel akan seperti itu. “sangat sempurna” baginya.. orang – orang yang berada disitu terbahak – bahak melihat tingkah nadia yang telihat keki. Nadia yang tadinya sempat ingin memberontak dengan perjodohannya itu, akhirnya hanya diam menerima permintaan kedua orang tuanya itu. Dia juga tidak menyangka, cinta pertama yang dialaminya adalah bersama calon suaminya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar