By. Reno Raditya
Maki : “kalian pada kenapa sih??? Pokoknya yakin deh nggak bakalan ada apa - apa?? Lagian juga ngapain hari gini percaya hantu??”
Nadya : “tapi kan disini gelap ki, mana angker pula”
Maki : “dasar cewek, kerjanya parnoan mulu”
Nadya : “bukannya parno, tapikan kalau denger dari cerita pak dani kayak serem banget deh”
Maki, nadya, tyo, dan ablen secara bersamaan keluar dari mobilnya, mereka kembali memperhatikan sekitar gedung kosong yang memang kelihatan agak amburadul.
Tyo : “ini perlengkapannya”
Ablen : “kalian yakin mau main disini??”
Sebenarnya semua ini adalah usul maki, untuk memecahkan mitos gaib yang berkembang ditengah – tengah masyarakat banjaran. Dan karena merasa penasaran pula, temen – temennya tidak ingin ketinggalan untuk melewatkan kesempatan langsung membuktikan semua mitos itu.
Maki : “udah kalian nggak usah mikir yang macem – macem, mneding kita masuk kedalam aja langsung”
Tyo, ablen dan nadya ngekor dari belakang, sementara maki berjalan didepan memasuki gedung itu sambil membawa perlengkapan ritual yang akan mereka lakukan.
Nadya : “tempatnya bener angker y??”
Ablen : “pasti tempat ini sudah lama nggak ditinggalin, liat aja dindingnya yang dipenuhi lumut”
Tyo : “lumayan keren neh klo dipake syuting film horror, Pasti feelnya dapet banget”
Maki : “sstttt… kalian jangan pada rebut..!! ki, tolong buka bungkusan ini. Dan kamu yo, bakar dupanya”
Tyo dan maki mengangguk, sedangkan nadya terus saja sembunyi dibelakang maki.
Mereka kemudian duduk melingkari mengelilingi kertas putih yang ditengah – tengahnya ada beberapa gambar lingkaran dan kotak – kotak yang membentuk symbol.
Maki menjulurkan tanggan menyentuh batuh putih, yang kemudian diikuti teman – temannya yang lain. Maki kemudian komat – kamit membaca sebuah mantra.
Tanpa digerakkan, tiba – tiba batu itu bergeser mendekati symbol – symbol tertentu, dan hanya maki yang bisa mengartikannya.
Maki : “kematian??”
Tidak lama setelah itu, secara bergiliran mereka semua melihat siluet putih yang berbentu asap muncul diubun – ubun masing – masing. Yang di mulai dari nadia, kemudian ablen, berlanjut ke tyo, dan terakhir maki.
Dan tiba – tiba saja maki melihat gambaran aneh difikirannya, yang kemudian membuat tubuhnya ambruk tak berdaya.
Tyo dan ablen spontan menghentikan apa yang mereka lakukan, kemudian mencoba menolong maki.
Bulu kuduk nadia merinding saat melihat semua kejadian itu.
Nadia : “maki kenapa?? Ada apa dengan dy?? Cepat yo, len.. tolong maki.. mending kita pulang aja, ini semua ngggak usah dilanjutin”
Tyo dan ablen membopong tubuh maki, barang – barang yang tadi mereka gunakan tak lagi dihiraukan.
(jeda sound)
Seminggu kemudian..
Ablen : “sampe detik ini, saya masih penasaran sama yang terjadi sama kamu waktu itu? Emang ada apa sih ki?”
Maki hanya diam, memang sejak kejadian itu dia banyak berubah.
Ablen : “emang ada apa sih ki sebenarnya?? Kamu ngeliat sesuatu y??”
Maki : “sebenanrnya saya nggak ngerti dengan semua yang saya rasain, hanya saja waktu berada disana pak dani sempat bilang kalau dengan melakukan ritual itu kita bisa melihat takdir kita”
Ablen : “takdir kita??”
Maki : “iya, dan yang saya lihat adalah kematian”
Ablen tersentak, cowok jangkung itu nggak pernah menyangka kalau ternyata masalah yang mereka hadapi seberat ini.
Ablen : “maksud kamu kematian kita gtu??”
Maki : “saya juga nggak tau len, yang jelas saat batu itu bergerak menunjukkan symbol kematian. Apakah itu ada sangkutannya sama kkita semmua, saya juga nggak tau”
Secara tiba – tiba terlintas wajah nadya difikiran maki, yang kemudian diikuti dering ponsel ablen.
Able : “apa?? Mobil bus yang ditumpangi nadya kecelakaan?? Kamu yakin??
Ben : “iya mas, mobilnya masuk ke jurang. Tadi papa ditelpon sama pihak kepolisian dari samrinda, jadi rencananya kita semua mau kesana untuk memastikan keadaan nadya”
Ablen : “kalau gitu tunggu sampe saya dating yah”
Ablen kembali memasukkan ponselnya dalam saku.
Maki : “ada len??”
Ablen : “mobil yang ditumpangi nadya masuk jurang. Saya pulang duluan yah ki, soalnya kita mo kesamarinda untuk memastikan keadaannya nadia. Nanti perkembangannya saya kabarin”
Maki hanya mengangguk, dan ablen berlalu meninggalkannya.
(jeda sond)
Pikiran maki semakin kalut, apa yang dilihatnya malam itu seolah menjadi kenyataan. Tanda yang muncul dimasing – masing orang seakan menjadi tanda urutan dari setiap orang yang akan mengalami celaka.
Maki yang ngemendarai mobilnya mencoba untuk tetap kosentrasi, sementara tyo terus saja mendial ponselnya untuk menghubungi ablen. Mereka berdua mencoba untuk menyusul ablen, dan memastikan keadaan nadya.
Maki : “masih g aktif yah??”
Tyo hanya mengangguk mengiyakannya.
Maki : “kamu coba aja terus, kita harus kasih tahu ablen tantang ini semua. Dia harus tahu kalau semua itu adalah takdir kematian kita”
Tyo mulai pusing memikirkan semua yang terjadi pada mereka, kematian seolah ada dihadapan mereka.
(jeda sound)
Tyo : “ablen kemana ben?? Ponselnya kok g pernah akif?”
Maki : “iy ben, kita harus ketemu sama ablen. Ada hal penting yang harus segera kita sampaikan”
Ben : “saya juga nggak tau kak, semenjak tiba disini ablen hanya focus untuk mencari nadya. Karena dalam kecelakaan itu pihak kepolisian tidak menemmukan jasadnya, hanya tas dan ponsel nadia yang tertinggal disana.”
Tyo : “dia nggak pernah ngasih kabar kalau dia ada dimana?”
Ben hanya menggeleng..
Maki : “yo, bagaimana kalau kita sendiri yang pergi memeriksa tempat kejadian kecelakaan itu?? Sapa tahu ablen masih disana??”
Tyo : “tapi kan hari sudah mau gelap ki??”
Maki : “kita harus segera mencarinya, jangan sampai ablen menjadi korban berikutnya”
(jeda sound)
Akhirnya maki dan tyo sampai ditempat itu, meskipun pandangan mereka agak samar. Sebenarnya tyo agak ngeri dengan keadaan sekitar tempat itu, tapi mencoba untuk memberanikan diri.
Tyo & maki : “len… ablen…. Ablen…”
Mereka terus berteriak mencari ablen… saat melihat palang yang ada dipinggir jalan, maki tersentak melihat kalau ternyata tempat mereka berada dekat dengan kampong bajaran.
Mereka dua mencari di tempat yang berlawanan, tyo mencari keberadaan ablen diantara semak – semak belukar. Sementara maki mencoba turun kedalam jurang.
Maki medekati bus itu, dan melihat semua barang – barang yang berserakan serta bentuk mobil yang rinsek.
Maki : “yo.. tyo… kamu dimana yo..”
Tyo juga tiba – tiba menghilang, dia kembali naik untuk memastikan keberadaan temennya itu.
Tyo tiba – tiba menghilng, dan membuat maki semakin kebingungan. Mungkin nadya, ablen dan tyo telah mengalami sesuatu yang mengerikan…
(jeda sound)
Tidak tau kenapa, tiba – tiba maki seolah dituntun berjalan kesuatu tempat. Fikirannya kosong, jiwanya seolah melayang.
Dengan langkah pelan, maki menaiki undukan anak tanggga. Dan kembali berjalan perlahan memasuki sebuah rumah yang lantainya sudah reot.
Maki melihat tyo, ablen, dan nadya yang duduk hampir mengelilingi gambar yang pernah mereka bawa untuk melakuka ritual berkomunikasi dengan penunggu gedung itu.
Maki duduk diantara temannya, yang kemudian terunduk dengan pikiran kosong. Dalam hitungan detik tubuh maki tergeletak dilantai.
Ablen, nadya, dan tyo langsung tersadar.
Nadia : “kita ada dimana?? Dan kenapa kita ada disi??”
Ablen : “nadia, tyo.. dan maki kenapa?? Ada apa dengan dia??”
Tyo : “maki.. sadar ki.. maki..”
Nadia, tyo, dan ablen terus saja mengguncang – guncang tubuh maki. Sesaat kemudian ablen memutuskan untuk membopong maki keluar dari tempat itu, karena dy tau maki telah meninggal.
Ternyata apa yang dikatakan pak dani itu benar, barang siapa yang melakukan ritual gaib dirumah itu pasti akan mendapatkan takdirnya dan jiwanya akan tertinggal dibangunan angker itu.